Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi India mengalami rebound pada kuartal April-Juni bahkan ketika gelombang kedua Covid-19 melanda negara itu, dengan pertumbuhan lebih dari 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya didorong oleh lonjakan manufaktur dan belanja konsumen yang lebih tinggi.
Ekspansi tersebut di bawah prediksi bank sentral sebesar 21,4 persen. Hasil ini, menurut beberapa analis, akan membuat Reserve Bank of India (RBI) lebih mungkin untuk mempertahankan sikap akomodatifnya hingga setidaknya akhir tahun.
Dikutip dari CNBC International, produk domestik bruto tumbuh 20,1 persen pada April-Juni, kuartal pertama tahun fiskal India, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama didorong oleh manufaktur dan konstruksi, kementerian statistik mengatakan pada hari Selasa.
Periode tersebut termasuk gelombang kedua pandemi virus Corona pada April-Mei, tetapi aktivitasnya tidak terlalu terpengaruh dibandingkan dengan penyebaran awal tahun lalu karena tindakan lockdown yang diadopsi kurang ketat.
Ekonomi India, terbesar ketiga di Asia, menyusut 7,3 persen pada 2020/21, menempatkannya di antara ekonomi utama yang paling terpukul oleh krisis Covid-19.
Kepala penasihat ekonomi pemerintah K.V. Subramanian mengatakan investasi swasta dan belanja konsumen mendorong pemulihan berbentuk V, dan bahwa ekonomi berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi dampak dari setiap langkah Federal Reserve AS untuk memperketat likuiditas.
Baca Juga
"India siap untuk pertumbuhan yang lebih kuat," katanya.
Sementara negara-negara maju telah memberikan stimulus besar-besaran untuk mendukung konsumsi, Perdana Menteri Narendra Modi memilih untuk meningkatkan pengeluaran infrastruktur dan mengejar privatisasi perusahaan negara dan reformasi pajak untuk meningkatkan prospek pertumbuhan India, sambil memberikan makanan gratis kepada orang miskin.
RBI, yang telah menjaga kebijakan moneternya longgar, telah memperkirakan pertumbuhan tahunan sebesar 9,5 persen pada tahun fiskal saat ini sambil memperingatkan tentang kemungkinan gelombang pandemi ketiga.
Pengeluaran konsumen, pendorong utama ekonomi, naik 19,34 persen secara tahunan di April-Juni dari tahun lalu, tetapi tetap lebih rendah dari tingkat pra-pandemi.
Investasi naik 55,3 persen dibandingkan dengan pertumbuhan 10,9 persen pada kuartal sebelumnya, sementara belanja negara mengalami kontraksi 5 persen setelah tumbuh 28,3 persen pada Januari-Maret, data Selasa menunjukkan.