Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang Afghanistan anjlok ke level terendahnya seiring dengan kelompok bersenjata Taliban yang mengambil kendali atas ibu kota negara, Kabul.
Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (17/8/2021), mata uang afghani turun 1,7 persen ke level 83,5013 per dolar AS. Penurunan ini melanjutkan tren negatif mata uang afghani yang telah terkoreksi selama 4 hari beruntun.
Gubernur bank sentral Afghanistan Ajmal Ahmady melalui akun Twitternya mengatakan pihaknya berhasil mengendalikan volatilitas mata uang hingga Kamis pekan lalu.
Namun, pada Jumat, pihaknya menerima informasi bahwa bank sentral setempat tidak akan menerima pasokan dolar AS. Sehingga, pada keesokan harinya, bank sentral harus mengurangi pasokan mata uang ke pasar.
“Hal ini berdampak pada lebih banyak kepanikan,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.
Ahmady melanjutkan, pergerakan mata uang melonjak dari level 81 ke 100 dan kemudian kembali pada kisaran 86 per dolar AS. Ia juga telah menggelar pertemuan dengan sektor perbankan dan pedagang valuta asing untuk menenangkan pasar.
Baca Juga
Melalui akun Twitternya, Ahmady juga mengatakan dirinya telah meninggalkan Afghanistan.
Sebelumnya, kelompok bersenjata Taliban telah berhasil memasuki istana setelah Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu di tengah kemajuan pesat Taliban menguasai negara itu. Hal itu membuat kelompok tersebut merebut 26 dari 34 ibu kota provinsi Afghanistan dalam waktu kurang dari dua minggu.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting di Facebook, Ghani menuturkan dia melarikan diri untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut seperti dikutip Aljazeera.com.
“Taliban telah menang dengan pedang dan senjata mereka, dan sekarang bertanggung jawab atas kehormatan, properti, dan pertahanan diri warga negara mereka,” katanya.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bersikukuh bahwa keputusannya menarik pasukan dari Afghanistan tepat meski dia mengakui kekacauan yang terjadi setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban adalah salah satu krisis terbesar pada masa kepemimpinannya.
"Saya berdiri tegak pada keputusan saya. Setelah 20 tahun, saya telah belajar dengan susah payah bahwa tidak pernah ada waktu yang tepat untuk menarik pasukan AS," Biden pada Senin (16/8/2021) di Ruang Timur Gedung Putih seperti dilansir Bloomberg.
Biden mengatakan, AS akan tetap memerangi terorisme di Afghanistan meski sudah menarik pasukannya. Hal ini sebagai cara menghormati komitmennya kepada personel militer untuk mengakhiri perang di Afghanistan.