Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Sebut Struktur Ekonomi Harus Lebih Produktif, Ini Catatan Ekonom

Presiden Joko Widodo mengatakan perkembangan investasi dan kolaborasi di dunia usaha dilakukan untuk memperkuat perkembangan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia perlu mengubah struktur ekonomi ke arah yang lebih produktif, demi mengimbangi kontribusi konsumsi rumah tangga yang mendominasi produk domestik bruto (PDB).

Ekonom mengatakan peningkatan struktur ekonomi ke aspek produktif bisa mendorong pemulihan ekonomi. 

“Struktur ekonomi kita yang selama ini lebih dari 55 persen dikontribusikan oleh konsumsi rumah tangga, harus terus kita alihkan menjadi lebih produktif dengan mendorong hilirisasi, investasi, dan ekspor,” kata Jokowi saat berpidato dalam Sidang Tahunan MPR, DPD, dan DPR RI, Senin (16/8/2021).

Jokowi mengatakan perkembangan investasi dan kolaborasi di dunia usaha dilakukan untuk memperkuat perkembangan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Peningkatan kelas pengusaha UMKM juga menjadi agenda utama dengan berbagai kemudahan yang disiapkan untuk menumbuhkan UMKM.

Salah satunya adalah kemitraan dengan perusahaan besar agar daya saing produk UMKM bisa meningkat dan bisa segera masuk ke rantai pasok global. 

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan pengembangan industri bernilai tambah, terutama di sektor industri pengolahan dan manufaktur bisa mendukung upaya pemulihan ekonomi, selain bisa memacu kinerja perdagangan luar negeri.

“Sangat penting untuk meningkatkan kinerja industri kita untuk mendukung pemulihan ekonomi, terutama pada sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan positif. Namun pengembangan industri bernilai tambah juga akan sangat dekat dengan adanya peningkatan nilai impor karena tidak semua bahan baku tersedia di Tanah Air terutama untuk sektor industri pengolahan dan manufaktur,” kata Pingkan dalam siaran pers, Senin (16/8/2021).

Pingkan tidak memungkiri isu impor dan neraca perdagangan kerap diasosiasikan dengan ancaman bagi industri di dalam negeri dan pertumbuhan ekonomi. Tetapi, dia menilai meningkatnya impor tidak selalu buruk bagi perekonomian suatu negara.

“Impor untuk meningkatkan nilai tambah produksi dalam negeri, akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Karena itu strategi Indonesia ke depan sebaiknya adalah untuk memastikan bahwa impor menghasilkan nilai tambah, melalui industri yang berkembang di Indonesia, termasuk industri pemasok produk antara untuk diolah lebih lanjut oleh industri manufaktur dalam maupun luar negeri,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper