Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Departemen Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan peningkatan teknologi digital di Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen.
“Kita menggunakan modelling tertentu dan bisa melihat bahwa dengan adanya peningkatan aplikasi dari digital teknologi, kita bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi mendapatkan tambahan 1 persen secara nasional,” tuturnya pada Media Round Table: Menilik Pentingnya Konektivitas – Infrastructure for Tomorrow (i4t) secara virtual, Kamis (12/8/2021).
Yose memperkirakan dalam kurun waktu 10-20 tahun ke depan, Indonesia akan membutuhkan aplikasi teknologi digital secara lebih masif, baik di kehidupan sosial masyarakat atau dunia usaha.
Oleh sebab itu, Yose menilai pemerintah perlu mendorong pembangunan infrastruktur digital yang lebih baik dan terjangkau lebih luas untuk masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Pasalnya, dia menilai ada korelasi yang cukup signifikan antara keterjangkauan jaringan internet di suatu daerah dengan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
“Studi yang kami lakukan pada 2018, melihat data pada 2017, kita bisa melihat dengan membandingkan berbagai daerah di Indonesia. Kota dan kabupaten yang memiliki penetrasi internet lebih tinggi, misalnya 50 persen, itu memiliki pertumbuhan ekonomi lebih tinggi sebesar 0,4 persen dibandingkan dengan akses yang rendah,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate menyebut pemerintah mendorong berbagai upaya untuk transformasi digital. Johnny mengatakan kini jaringan internet digunakan oleh lebih dari 200 juta jiwa.
Baca Juga
“200 juta lebih pengguna setara dengan 73,7 persen dari populasi Indonesia. Jumlah koneksi ponsel bahkan mencapai 345,3 juta atau 25 persen lebih banyak dari total penduduk. Hal tersebut, menjadikan Indonesia negara kelima terbesar pengguna internet di dunia,” katanya pada acara yang sama.
Untuk menambah keterjangkauan internet di seluruh Indonesia, Johnny mengatakan pemerintah melakukan berbagai proyek infrastruktur telekomunikasi. Salah satunya yaitu pembangunan Satelit Multifungsi Satelit Indonesia Raya (Satria-1).
Pembangunan satelit tersebut menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) antara pemerintah, PT Satelit Nusantara Tiga (PSNT), dan mendapatkan pembiayaan dari Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) sebesar US$150 juta atau setara dengan Rp2,1 triliun.
Kini, satelit yang dapat menjangkau 149.000 titik layanan publik itu tengah berada di tahap konstruksi dan ditargetkan untuk mengorbit pada akhir 2023.