Bisnis.com, JAKARTA — Wilayah Kerja (WK) Rokan mengukir perjalanan baru dalam kontribusinya sebagai salah satu wilayah kerja andalan nasional.
Setelah ditemukan pada tahun 1941 dan diproduksikan pada tahun 1951, mulai Senin (9/8/2021 ) pukul 00.01 WIB operasional WK itu beralih dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Chevron Pacific Indonesia (CPI), kepada KKKS Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Kegiatan seremoni Alih Kelola WK Rokan pada Minggu (8/8) malam diselenggarakan secara hybrid di Pekanbaru dan Jakarta. Agenda itu dihadiri oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir; Pimpinan dan anggota Komisi VII DPR RI, Gubernur Riau Syamsuar beserta jajarannya; Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto; Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati; Direktur Utama CPI Albert Simandjuntak, dan Direktur Utama PHR Jaffe Suardin Arizona.
Pada akhir Juli 2021, rata-rata produksi WK Rokan sekitar 160,5 ribu barel per hari atau sekitar 24 persen dari produksi nasional dan 41 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk gas bumi.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawat mengatakan Pertamina melalui PHR juga telah membentuk Tim Transisi yang bertugas memastikan kelancaran operasi, terutama di aspek subsurface, operasi produksi, project and facility engineering, operasi K3LL, hingga ke aspek sumber daya manusia, finansial , komersial, asset supply chain management, serta IT.
“Hal yang tidak kalah penting dalam proses alih kelola ini, kami mengingatkan kembali mengenai high risk pengelolaan usaha migas, tidak hanya proses kehandalan tapi aspek HSSE tetap menjadi perhatian kami semua,” jelasnya.
Baca Juga
Nicke berpesan kepada seluruh manajemen dan pekerja PHR agar terus fokus menjalankan amanah dari pemerintah untuk memberikan yang terbaik melalui pengelolaan Blok Rokan agar dapat mewujudkan kemandirian dan kedaulatan energi Indonesia.
"Pertamina juga memiliki amanah lainnya, yaitu mendukung program pemerintah mencapai produksi minyak mentah 1 juta barrel oil per day [BOPD] dan 12 miliar standard cubic feet per day [BSCFD] pada 2030. Oleh karenanya, selain kerja keras serta komitmen Pertamina, tentu juga diharapkan dukungan penuh dari Pemerintah Pusat dan daerah,” paparnya.
Sampai akhir 2021, PHR merencanakan pengeboran 161 sumur baru, termasuk sisa sumur dari komitmen operator sebelumnya. Untuk 2022, PHR merencanakan pengeboran kurang lebih sebanyak 500 sumur baru.
Komitmen ini merupakan komitmen investasi dan jumlah sumur terbesar di antara WK migas lain di Indonesia. Kegiatan pengeboran tersebut akan didukung dengan penyiapan tambahan 10 rig pemboran sehingga secara total tersedia 16 rig pemboran serta 29 rig untuk kegiatan Work Over & Well Service yang merupakan mirroring dari kontrak sebelumnya.