Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan empat data ekonomi penting pada pukul 11.00 WIB, hari ini, Senin (2/8/2021).
Empat data tersebut yaitu, perkembangan Indeks Harga Konsumen/inflasi Juli 2021, perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar Juli 2021, perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah Juli 2021, dan perkembangan Pariwisata dan Transportasi Nasional Juni 2021.
Angka-angka tersebut akan dirilis langsung oleh Kepala BPS, Margo Yuwono, secara live streaming yang dapat disaksikan di youtube BPS (BPS Statistics) atau pada tautan berikut http://s.bps.go.id/rilisbps2021. Bahan rilis akan diunggah di situs BPS: www.bps.go.id setelah streaming selesai.
Adapun, Bank Indonesia (BI) berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu kelima Juli 2021 memperkirakan perkembangan harga pada Juli 2021 akan mengalami inflasi sebesar 0,01 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
“Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Juli 2021 secara tahun kalender sebesar 0,75 persen [year-to-date/ytd], dan secara tahunan sebesar 1,45 persen [year-on-year/yoy],” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam siaran pers, Jumat (30/7/2021).
Erwin menyampaikan, penyumbang utama inflasi Juli 2021 hingga minggu kelima yaitu komoditas cabai rawit sebesar 0,03 persen mtm, tomat dan bawang merah masing-masing sebesar 0,02 persen mtm.
Baca Juga
Di samping itu, penyumbang inflasi lainnya adalah kangkung, bayam, kacang panjang dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.
Bertolak belakang dengan BI, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet memperkirakan adanya deflasi tipis pada Indeks Harga Konsumen (IHK) Juli 2021. Deflasi diperkirakan sebesar -0,01 persen secara bulanan atau month-to-month (mtm).
“Juli 2021 diproyeksi mengalami deflasi sebesar -0.01 persen mtm. Terjadi kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran walaupun peningkatan ini tidak terlalu signifikan,” jelas Yusuf kepada Bisnis, Minggu (1/8/2021).
Menurut Yusuf, hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya kasus Covid-19 yang terjadi sejak akhir Mei hingga Juli 2021.