Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebutuhan Obat Covid-19 Naik, Industri Farmasi Untung atau Buntung?

Kementerian Kesehatan mencatat permintaan obat-obatan terapi Covid-19 naik 12 kali lipat dalam dua bulan terakhir. Hal ini seiring dengan lonjakan kasus positif di Indonesia yang telah mencapai lebih dari 40.000 pasien baru per hari.
Obat ivermectin disebut-sebut sebagai obat Covid-19. /www.alodokter.com
Obat ivermectin disebut-sebut sebagai obat Covid-19. /www.alodokter.com

Bisnis.com, JAKARTA — Industri farmasi dalam beberapa waktu terakhir menjadi sorotan. Sektor ini menjadi ujung tombak untuk pemenuhan kebutuhan obat-obatan terapi Covid-19 yang mengalami kenaikan luar biasa dalam dua bulan terakhir. 

Sebuah perusahaan yang melayani industri gabungan teknologi dan kesehatan, IQVIA memproyeksi sektor farmasi Indonesia masih akan mengalami kontraksi 1,9 persen tahun ini. Pada tahun lalu, pertumbuhan industri farmasi hanya didorong oleh produk yang berkaitan dengan imunomodulator atau produk kesehatan yang memberikan stimulus terhadap imun tubuh. 

Hal tersebut sejalan dengan upaya masyarakat meningkatkan imun untuk mencegah infeksi virus Corona. Sementara itu industri mencatat serapan obat di luar Covid-19 mengalami kontraksi hingga 11 persen.

Pada tahun ini, Kementerian Perindustrian melihat industri farmasi dan kimia hilir memiliki kesempatan tumbuh. "Tahun lalu farmasi juga tumbuh positif sebesar 9,39 persen dengan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 1,13 persen," kata Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Muhammad Taufiq kepada Bisnis.

Alhasil, Kemenperin memproyeksi tahun ini industri kimia hilir dan farmasi akan tetap tumbuh positif sebesar 6,85 persen dengan kontribusinya terhadap PDB nasional sebesar 1,06 persen.

Meski demikian, dari sisi investasi, Taufiq menyebut tahun lalu industri farmasi masih mencatat nilai yang tidak besar atau hanya sebesar Rp11,53 miliar. Angka itu diharapkan masih bertumbuh hingga dua kali lipat tahun ini.

Pemerintah pun berharap realisasi investasi nantinya dapat mendorong penggunaan teknologi terbaru di sektor farmasi. Apalagi industri ini masih memiliki PR akan pemenuhan bahan baku yang sekitar 92 persen masih harus impor.

"Kami perkirakan industri kimia dan farmasi tahun ini akan meningkat menjadi Rp22,27 miliar," ujarnya.

Namun saat dikonfirmasi, Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI) menyatakan belum akan mengejar pertumbuhan tahun ini. 

Sekretaris Jenderal GPFI Andreas Bayu Aji mengatakan lonjakan Covid-19 saat ini membuat fokus industri adalah membantu masyarakat dan pemerintah untuk menangani Covid-19.

"Dengan ketersediaan obat dan vitamin yang cukup serta dengan harga yang terjangkau masyarakat. Kalau semua sudah sehat, semoga dunia usaha termasuk usaha farmasi bisa kembali tumbuh," katanya kepada Bisnis, Rabu (28/7/2021).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper