Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Sri Lanka berencana untuk membayar kembali obligasi US$1 miliar pada batas waktu Selasa esok (27/7/2021). Hal ini dilakukan untuk menjaga reputasinya tetap utuh seiring dengan adanya kekhawatiran yang meningkat tentang pembiayaan luar negeri.
Pihak berwenang akan mentransfer dana yang dibutuhkan pada hari Senin (26/7/2021). Ajith Nivard Cabraal, Menteri Negara untuk Keuangan dan Pasar Modal, mengatakan melalui telepon pada hari Minggu (25/7/2021).
Namun, dia tidak membagikan detailnya. Moody's Investors Service menempatkan peringkat Sri Lanka dalam peninjauan untuk penurunan peringkat minggu lalu, mengutip penilaiannya terhadap posisi likuiditas eksternal negara yang semakin rapuh dan risiko gagal bayar.
Sebelumnya, Sri Lanka dikabarkan akan mengunakan cadangan devisanya untuk membayar obligasi jatuh tempo tersebut. Pada awal Juli, cadangan devisa negara ini berada pada posisi US$4 miliar.
Sri Lankan memiliki dua surat utang yang akan segera jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan. Totalnya US$1,5 miliar.
The nation still has two more payments totaling $1.5 billion that becomes due in the next 12 months. Adapun, yield surat utangnya berada pada level 7,55 persen dengan tahun jatuh tempo 2030. Imbal hasil ini jatuh 16 basis poin menjadi 16,27 persen. Sementara itu, surat utang lainnya yang akan jatuh tempo 2023 menurun 28 basis poin menjadi 28,51 persen.
Baca Juga
Kedua obligasi ini berdenominasi dolar dan mencetak kenaikan tertinggi dalam seminggu.