Bisnis.com, JAKARTA—Bisnis hulu minyak dan gas bumi atau migas PT Pertamina (Persero) diharapkan mampu menopang kinerja sektor hilir yang tertekan kenaikan harga minyak mentah dunia.
Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro mengatakan bahwa kondisi sejumlah negara yang mulai membaik kegiatan ekonominya berdampak terhadap harga minyak yang mulai meningkat. Dengan kondisi itu, maka akan membuat biaya produksi dari Pertamina untuk pengolahan BBM menjadi meningkat.
“Sebagai solusi untuk meminimalkan, saya kira perlu optimalkan di unit bisnis lainnya,” katanya kepada Bisnis, Selasa (13/7/2021).
Menurut dia, bisnis non-bahan bakar minyak (BBM) Pertamina perlu dioptimalkan untuk menekan potensi kerugian yang bakal dialami.
Selain itu, kenaikan harga minyak dunia juga perlu dimanfaatkan dengan baik oleh sektor hulu Pertamina. Pasalnya, kerugian Pertamina pada tahun ini sangat bergantung pada besaran kontribusi dari sektor hulu.
“Jika hulu Pertamina mampu berkontribusi maksimal, potensi kerugian masih dapat diminimalkan,” jelasnya.
Sebelumnya, Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Fajriyah Usman mengatakan bahwa harga minyak mentah dunia yang telah menyentuh US$70 per barel akan membuat kinerja di sektor hilir akan semakin berat.
Pasalnya, Pertamina perlu mengeluarkan kocek yang lebih besar karena tingginya harga minyak mentah tanpa harus menaikan harga jual BBM di tengah penurunan konsumsi.