Bisnis.com, JAKARTA—PT Pertamina (Persero) masih belum mau terlalu agresif dalam memanfaatkan momentum kenaikan harga minyak mentah. Perusahaan pelat merah itu masih menahan gas untuk mengucurkan investasi lebih besar.
Corporate Secretary PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream Pertamina Whisnu Bahriansyah mengatakan bahwa fluktuasi harga dan permintaan minyak dunia memang menjadi salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi produksi minyak dan gas bumi (migas) dan investasi.
Tren bullish harga minyak beberapa waktu belakangan juga diakuinya memberikan dampak positif terhadap proyek-proyek di Subholding Upstream Pertamina.
Akan tetapi, perseroan perlu melakukan evaluasi terhadap stabilitas dan fluktuasi yang terjadi pada harga migas tersebut sebelum memutuskan langkah yang akan diambil selanjutnya.
“Pertamina mengevaluasi stabilitas dari fluktuasi harga minyak dan juga demand produk migas tersebut terhadap peluang prioritas penambahan rencana kerja,” katanya kepada Bisnis baru-baru ini.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) meminta kontraktor untuk segera merealisasikan investasinya untuk menangkap momentum kenaikan harga minyak mentah Indonesia yang telah mencapai US$70 per barel.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih mengatakan bahwa Indonesian Crude Price (ICP) yang menyentuh US$70 per barel seharusnya menjadi kesempatan bagi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk meningkatkan realisasinya.
“Dengan ICP yang tinggi tersebut seharusnya tidak ada alasan bagi KKKS untuk tidak merealisasikan investasi,” ucapnya.
Seperti diketahui, harga minyak mentah Indonesia pada Juni 2021 mengalami kenaikan dari US$65,49 pada Mei menjadi US$70,23 per barel.
Membaiknya aktivitas ekonomi di Amerika Serikat, China dan sebagian Eropa, pelonggaran aktivitas di Eropa dan Amerika, akselerasi program vaksinasi, serta dimulainya summer driving season berkontribusi terhadap peningkatan harga dan konsumsi minyak yang akhirnya mendorong peningkatan harga minyak.
Sementara itu, ICP SLC juga mengalami kenaikan sebesar US$3,58 per barel dari US$62,67 per barel menjadi US$66,25 per barel.