Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) beberapa kali membahas tentang pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di tengah pandemi Covid-19. Namun, hal itu dianggap masih sekadar teori dan realisasi perbaikannya belum tampak signifikan.
Anggota Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Anis Byarwati mengatakan UMKM yang jumlahnya 64,2 juta unit di seluruh Indonesia belum tersentuh maksimal termasuk di dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Berdasarkan data yang dimiliki, 70 persen pembiayaan UMKM berasal dari mandiri. Sisanya dari pembiayaan lain, termasuk di antaranya perbankan.
“Jadi kalau pembiayaan untuk UMKM masih mengandalkan perbankan, belum bisa mengangkat kondisi UMKM kita,” katanya melalui pesan instan kepada wartawan, Selasa (29/6/2021).
Anis menjelaskan keluhan para pelaku UMKM yang sering didapatinya di lapangan adalah selama masa pandemi Covid-19 belum pernah mendapatkan bantuan pembiayaan. Bahkan, lanjutnya, pelaku UMKM belum pernah mendengar informasi tentang adanya pembiayaan untuk sektornya.
Menurutnya, BI sudah bekerja cukup baik dengan memberi pembinaan. Namun, dia menilai program yang dilakukan bank sentral belum merata. Dengan arah kebijakan yang telah ditetapkan BI, seharusnya hal ini bisa menjadi daya dorong untuk pemulihan ekonomi pelaku UMKM dan meningkatkan literasi.
Saat ini, literasi pelaku UMKM masih terhitung sangat rendah. Demikian juga dengan pendidikannya. Itu sebabnya saat mereka harus mengakses pembiayaan melalui perbankan atau mitranya, ujar Anis,, kemunginan untuk bangkit di tengah pandemi tidak akan bisa.
“Saya mendorong BI untuk membuka akses lebih luas lagi, dan menyentuh lebih banyak lagi pelaku UMKM. Karena pola yang diterapkan BI dalam mengelola dan mengembangkan UMKM, bisa menjadi role model,” jelasnya.