Bisnis.com, JAKARTA - Data ekonomi utama China meleset dari perkiraan karena pemulihan terus stabil dari rekor ekspansi kuartal pertama, dengan belanja ritel masih tertinggal dari ekspektasi.
Output industri naik 8,8 persen pada Mei dari tahun sebelumnya, di bawah perkiraan 9,2 persen oleh para ekonom dalam survei Bloomberg.
Penjualan ritel Mei meningkat 12,4 persen dibandingkan perkiraan 14 persen. Investasi aset tetap meningkat 15,4 persen dalam lima bulan pertama tahun ini dari periode yang sama 2020. Adapun, tingkat pengangguran turun menjadi 5 persen dari 5,1 persen pada bulan sebelumnya.
Pada basis rata-rata dua tahun, yang menghilangkan dampak pandemi tahun lalu, produksi industri naik 6,6 persen pada Mei, sementara penjualan ritel tumbuh 4,5 persen. Investasi manufaktur melonjak 0,6 persen pada Januari-Mei, setelah empat bulan sebelumnya mengalami penurunan.
Pemulihan dari pandemi telah dipimpin oleh industri berat, properti, dan ledakan ekspor, dengan belanja konsumen tetap menjadi mata rantai yang lemah padahal merupakan kunci untuk prospek pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.
Sementara pengeluaran meningkat secara bertahap karena peluncuran vaksin dan pasar tenaga kerja membaik, angka pengeluaran saat liburan terbaru menunjukkan konsumen masih menahan diri untuk membeli.
Baca Juga
"Pemulihan konsumsi belum sekuat yang diharapkan orang. Wabah baru-baru ini di Guangdong menambah risiko lebih lanjut untuk pemulihan," kata Michelle Lam, ekonom Tiongkok Raya di Societe Generale SA, dilansir Bloomberg, Rabu (16/6/2021).
Menurut data pemerintah, pengeluaran pariwisata selama akhir pekan panjang Festival Perahu Naga baru-baru ini sekitar 25 persen lebih rendah dari tingkat prapandemi. Adapun selama liburan Hari Buruh pada Mei, jumlah wisatawan naik sedikit tetapi pengeluaran masih 77 persen dari tingkat yang dicapai dua tahun lalu.
Industri hulu, seperti pertambangan dan produsen bahan baku, diuntungkan dari lonjakan harga komoditas, sementara eksportir barang manufaktur masih melihat permintaan luar negeri yang kuat.
Ada risiko yang membebani sektor ini. China mengalami kekurangan listrik di beberapa bagian negara itu karena melonjaknya konsumsi dan kekeringan di selatan, yang telah membatasi pembangkit listrik tenaga air, mendorong penutupan pabrik.
Wabah baru Covid-19 di pelabuhan Yantian di Shenzhen juga menyebabkan kemacetan lalu lintas peti kemas, yang selanjutnya mengganggu rantai pasokan global dan menaikkan biaya pengiriman.
Para ekonom memperkirakan ekonomi China akan melambat secara bertahap tahun ini dari 8 persen pada kuartal kedua menjadi 6,2 persen pada kuartal ketiga dan 5 persen pada tiga bulan terakhir tahun ini. Pertumbuhan China diperkirakan masih akan mencapai 8,5 persen untuk setahun penuh, melampaui target pemerintah di atas 6 persen.