Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Properti di Inggris Memanas dengan Cepat Menuju Gelembung

Berbagai kebijakan untuk mendorong bisnis properti di Inggris demi melawan efek pandemi Covid-19 sekarang berbalik memicu kekhawatiran menuju gelembung yang berujung crash.
Perumahan di Aylesbury, Inggris, foto file 7 Februari 2017./Reuters
Perumahan di Aylesbury, Inggris, foto file 7 Februari 2017./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar properti Inggris memanas dengan cepat, dan campuran dari lonjakan permintaan dan pertumbuhan harga dua digit menyebabkan kekhawatiran bahwa gelembung yang tidak berkelanjutan sedang terbentuk.

Laju persetujuan hipotek berjalan lebih dari sepertiga lebih tinggi dari tingkat pra-pandemi, dan perumahan bisa menuju tahun tersibuk sejak sebelum krisis keuangan, karena pembeli terburu-buru untuk mengambil keuntungan dari pemotongan pajak.

Namun, dengan keterjangkauan yang membentang dan pemberi pinjaman mengurangi persyaratan hipotek, tanda-tanda mulai mengkhawatirkan beberapa pembuat kebijakan Bank of England (BoE).

Dua orang Deputi Gubernur BoE Jon Cunliffe dan Dave Ramsden mengatakan mereka mengawasi pasar perumahan dengan hati-hati di tengah kondisi booming. Salah satu risikonya adalah bank melonggarkan pembatasan pinjaman karena gelombang permintaan.

Nationwide Building Society telah mulai menawarkan hipotek baru yang 5,5 kali pendapatan pembeli pertama kali, di atas rasio 4,5 yang biasa digunakan.

Jika yang lain mengikuti dan memberi tahu regulator bahwa mereka perlu menyesuaikan diri dengan pasar, "kami mulai melihat beberapa bahaya," kata Neal Hudson, pendiri Residential Analysts.

Namun, permintaan dapat ditopang setelah tunjangan pajak dihapus dalam beberapa bulan mendatang di tengah tetap hadirnya efek pandemi, terutama budaya kerja dari rumah yang memicu keinginan untuk rumah yang lebih besar lebih jauh di luar perkotaan.

Indikator-indikator berikut menguraikan apa yang telah terjadi di salah satu periode paling bergejolak bagi perekonomian dalam sejarah modern.

Setelah lebih dari setahun pembatasan pandemi, bisnis properti tempat tinggal terlihat tetap baik-baik saja. Pemotongan bea materai yang diterapkan Menteri Keuangan Rishi Sunak, yang memangkas biaya pembeli rumah sebesar 15.000 pound sterling, menyalakan api di bawah pasar properti di tengah bagian lain dari lini ekonomi menderita.

Lonjakan permintaan terlihat dari jumlah kredit pemilikan rumah (KPR) dan transaksi yang keduanya mencapai titik tertinggi dalam 7 tahun terakhir. Terlepas dari kritik bahwa stimulus itu tidak diperlukan, Sunak memperpanjang kebijakan itu hingga Oktober 2021 dari semula akhir Maret lalu.

Selain efek bea materai, pandemi juga memicu pergeseran pilihan gaya hidup, dan keinginan untuk properti yang lebih besar menciptakan hotspot regional di pasar perumahan.

Pergeseran struktural itu terjadi dalam skala global, dengan Inggris sebagai salah satu dari 13 negara yang mengalami pertumbuhan harga rumah dua digit selama setahun terakhir, menurut broker Knight Frank.

Itu mendorong pihak berwenang di seluruh dunia untuk menarik tuas untuk mengerem pertumbuhan harga rumah yang merajalela.

Regulator bank Kanada memperketat persyaratan pinjaman hipotek mengingat booming perumahannya sendiri, dan bank sentral Selandia Baru juga mengancam untuk bertindak meski di Indonesia yang terjadi sebaliknya, insentif pajak masih terus diupayak mendongrak kembali bisnis properti.

Kembali di Inggris, "ada beberapa orang yang khawatir tentang apa yang terjadi dengan harga rumah di luar London," kata Marcus Dixon, kepala penelitian di LonRes, perusahaan data properti. "Kami tidak keberatan dengan sedikit pertumbuhan, tetapi kami tidak ingin crash."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper