Bisnis.com, JAKARTA – Kualitas layanan kepada pengguna jasa pelabuhan tidak boleh diabaikan atau menurun pasca merger antara Pelindo I hingga Pelindo IV dari kinerja eksis yang telah diberikan saat ini.
Pakar Maritim dari ITS Saut Gurning mengatakan ada beberapa hal yang menarik yang perlu menjadi perhatian bersama terkait rencana merger dan mengarah pada rencana mencari dana lewat penawaran saham publik perdana [initial public offering/IPO].
Pertama, dia berharap dalam proses pasca merger, kualitas layanan tidak mempengaruhi kinerja eksis yang telah diberikan kepada pengguna jasa. Bahkan kalau lebih baik akan menjadi hal positif. Atau dengan kata lain, manajemen perubahan akibat pasca penyesuaian internal dalam tubuh organisasi merger yang baru tidak mempengaruhi proses layanan kapal atau marine, kargo termasuk petikemas serta layanan terkait lainnya yang selama ini telah dirasakan pemilik atau operator pelayaran, operator logistik dan pemilik barang.
“Untuk itu, dalam masa persiapan merger ini gap atau diskrepansi kinerja mulai dari peralatan, sistem informasi terminal hingga sispro dan SDM perlu dipersiapkan, bahkan semakin baik,” ujarnya, Rabu (2/6/2021).
Selain itu, kalau nantinya rencana IPO menjadi orientasi penting pasca merger maka isu kepemilikan dan pengaturan baik aspek perijinan khususnya konsesi serta berbagai aset pelimpahan yang dimiliki negara saat ini perlu segera dieksplorasi, direvaluasi serta mungkin diatur status keberadaan, pemanfaatan eksis serta berbagai interaksi komersialnya dengan berbagai pihak. Koordinasi dan penetapan dari berbagai kementerian dan lembaga (K/L) terkait ini mungkin perlu cukup intens dibahas dan ditetapkan.
Hal itu supaya ada kejelasan terkait dengan kepemilikan aset usaha pelindo group hasil merger dengan hasil pelimpahan (notabene milik negara) dan yang merupakan aset dengan partner.
Baca Juga
Terkait dengan rencana merger ini, Direktur Pelindo II sekaligus Ketua OC Arif Suhartono menjabarkan 4 sub-holding atau operasional bisnis diantaranya operasional peti kemas, non peti kemas, marine dan equipment, serta logistik.
"Jadi operasional akan diklasterkan, seperti marine, petikemas, maupun equipment, dari ujung ke ujung akan dilayani oleh satu entitas Pelindo peti kemas untuk layanan petikemasnya, lalu di bawahnya ada anaknya sub-holding, dari anak-anak usaha akan jadi cucu. Ini untuk memastikan layanan dari ujung ke ujung adalah sama,” katanya.
Dia mengatakan selama ini konsumen kontainer sekitar 70–80 persen adalah konsumen yang sama dilayani oleh Pelindo I–IV. Oleh karena itu apabila konsumen kontainer dilayani dengan servis yang sama, performa yang sama dengan bisnis yang sama maka akan berdampak positif kepada industri.
"Nah korelasi integrasi dengan biaya logistik itu apa? Jadi contoh di pelabuhan kami di Pelindo II, ada pelabuhan yang sebelum ditransformasi bongkar muatnya butuh 5–6 hari, setelah ditransformasi hanya butuh 1 hari. Artinya bagi shipping line ada kesempatan sailing time," jelasnya.
Pada intinya, kata Arif, alasan utama dalam rencana bersatunya Pelindo ini adalah terkait ekonomi yakni bagaimana memberikan servis dengan level yang sama di setiap terminal pelabuhan di seluruh Indonesia, serta efisiensi, dan membantu layanan domestik. Jadi, tekannya, melalui integrasi ini, dia akan mengajukan head office layanan petikemas ada di Surabaya supaya bisnis peti kemas di Surabaya adalah milik Pelindo peti kemas dari ujung ke ujung. Kemudian nonpeti kemas di Medan dan head office marine di Sulawesi.
Secara kesiapan, lanjut Arif, Pelindo I–IV sudah cukup siap dan sudah dalam progres mematangkan lebih dari 60 persen. Terkait pendanaan ke depan, tidak menutup kemungkinan setiap sub holding akan masuk dalam lantai bursa atau IPO. Namun, IPO hanya sebagian opsi untuk mencari dana apabila membutuhkan.