Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terapkan Lockdown, Pemulihan Ekonomi Malaysia di Ujung Tanduk

Pembatasan yang dimulai pada 1 Juni akan menjadi 'kutukan bagi pemulihan' dan menyebabkan kerugian ekonomi sekitar 1 miliar ringgit (US$242 juta) sehari pada fase pertama, yang diperkirakan akan berlangsung selama dua minggu.
Resort World Genting di Malaysia/ Bloomberg
Resort World Genting di Malaysia/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Lockdown terbaru di Malaysia yang dilakukan untuk melawan lonjakan kasus Covid-19 berisiko memangkas sebanyak dua poin persentase dari pertumbuhan ekonomi Negeri Jiran tahun ini.

Dikutip dari Bloomberg, pembatasan yang dimulai pada 1 Juni akan menjadi 'kutukan bagi pemulihan' dan menyebabkan kerugian ekonomi sekitar 1 miliar ringgit (US$242 juta) sehari pada fase pertama, yang diperkirakan akan berlangsung selama dua minggu.

Hal tersebut diungkapkan oleh analis CGS-CIMB Ivy Ng, Michelle Chia dan Nagulan Ravi menulis dalam catatannya, Senin (31/5/2021).

Itu lebih ringan daripada pukulan dari putaran pertama pembatasan Malaysia tahun lalu, yang merugikan ekonomi 2,4 miliar ringgit per hari dan mendorong produk domestik bruto untuk April-Juni 2020 ke performa terburuk sejak 1998.

“Pertumbuhan sekitar 4 persen untuk tahun ini tampaknya semakin mungkin, bahkan jika itu menandai penurunan yang cukup besar dari ekspektasi kami sebelumnya sebesar 6 persen,” kata Wellian Wiranto, Ekonom Oversea-Chinese Banking Corp. di Singapura.

“Seperti seorang pelari maraton dengan beberapa cara untuk pergi sebelum garis finis, harapan terbaik saat ini adalah - meskipun tersandung yang menyakitkan - tidak ada kerusakan serius yang telah dilakukan dan bahwa ekonomi dapat bangkit kembali dengan segera.”

Itu pukulan yang lebih besar daripada yang dilihat oleh analis CGS-CIMB, yang memangkas perkiraan PDB mereka menjadi 4,4 persen dari 5,7 persen sebelumnya. Bank sentral Malaysia memperkirakan ekonomi tumbuh 6 -7,5 persen tahun ini.

Sektor yang akan terdampak a.l. bisnis ritel dan grosir, properti, otomotif dan industri transportasi.

“Kami memperkirakan pertumbuhan PDB untuk tahun ini menjadi lebih rendah pada 4,6 persen, dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya sebesar 6,2 persen,” tulis para peneliti MIDF.

Yang pasti, tidak semua analis memangkas proyeksi mereka. Meskipun pemerintah menyebut langkah-langkah tersebut sebagai 'total lockdown', banyak sektor penting akan tetap terbuka dengan kapasitas yang berkurang.

"Itu berarti dampaknya hanya akan menjadi kemunduran sementara," ujar analis RHB Sailesh K. Jha, Suresh Rama, dan Ahmad Nazmi Idrus. Mereka mempertahankan perkiraan PDB setahun penuh mereka di 5,4 persen.

“Dengan kebutuhan untuk mendukung perekonomian dan diberikan ruang fiskal yang terbatas, kami cenderung melihat beberapa bentuk tindakan yang tidak konvensional oleh pemerintah,” tulis mereka. Tindakan itu bisa termasuk memaksimalkan rasio utang terhadap PDB dan menggunakan kembali sebagian anggaran nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper