Bisnis.com, BOYOLALI — Pandemi Covid-19 tidak memengaruhi para perajin miniatur pesawat terbang di Dukuh Beran Desa Kismoyoso Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Mereka justru kebanjiran pesanan dari berbagai daerah.
Seorang perajin miniatur pewasat terbang warga Beran RT 1 RW 1 Desa Kismoyoso Boyolali Deni Kurniawan mengatakan bahwa pesanan miniatur pesawat terbang produksinya datang dari kalangan personel angkatan udara (AU) baik dari perwira maupun instansinya.
"Pemesan miniatur pesawat terbang biasanya digunakan untuk hiasan rumah atau kenang-kenangan pejabat kalangan TNI AU. Pesanan miniatur pesawat datang dari instansi dan perwira TNI AU baik di Jabar, Jakarta, Bandung, maupun Yogyakarta," katanya, Senin (31/5/2021).
Menurut Deni, pesanan miniatur pesawat terbang buatannya pada masa pandemi tetap ada.
Dia rata-rata bisa memproduksi lima unit miniatur pesawat per bulan. Biasanya membuat pesawat berdasarkan pesanan seperti pesawat milik TNI AU seperti pesawat latih, jet tempur, pesawat komersial, pesawat xtra 300 dan helikopter.
Deni menjelaskan bahwa dirinya sejak duduk di SD sudah mencintai dunia penerbangan. "Saya kebetulan rumahnya dekat Bandara Adi Soemarmo di Boyolali. Setiap hari bisa melihat pesawat baik pesawat latih milik lanud [pangkalan udara] juga pesawat komersial," kata Deni.
Akhirnya, kata dia, timbul rasa ingin memiliki dalam ukuran kecil dan mencoba membuat sendiri dengan bahan kayu seadanya atau barang bekas. “Saya kemudian mulai bisnis membuat miniatur pesawat terbang ini, dengan memanfaatkan limbah kayu pada 2011 hingga sekarang."
Harga miniatur pesawat terbang produksinya bervariasi tergantung ukuran dan detailnya, tetapi yang paling murah ditawarkan sekitar Rp150.000 per unit, ada yang Rp300.000 per unit hingga Rp600.000 per unit.
Menurut Deni, untuk membuat pesawat terbang tersebut dilakukan dengan cara manual menggunakan alat pertukangan seperti gergaji, pahat, ampelas, lem dan cat, serta bahan plastik bekas botol.
"Kemampuan produksi membuat kerajinan pesawat miniatur ini, rata-rata produk mentah 18 unit pesawat terbang per bulan. Namun, jika produk finishing bisa menghabiskan waktu hingga 3 bulan baru selesai," kata Deni.
Pada masa pandemi ini, kata dia, rata-rata mampu menjual lima unit miniatur pesawat terbang per bulan. Sebelum pandemi bisa menjual hingga 12 unit per bulan.
Pesawat miniatur produksinya juga ada yang bisa diterbangkan dengan harga mencapai Rp600.000 hingga Rp700.000. Jika bisa terbang dengan mesin kecil bisa menghabiskan sekitar Rp3 juta per unit.
Deni mengaku keterampilannya membuat miniatur pesawat terbang belajar secara alami. Meski begitu ia sedikit memahami prinsip dasar aeromodelling mulai dari bentuk sayap dan keseimbangan serta gratifikasinya. Syarat pesawat bisa terbang harus ringan, kuat untuk terbang dan gravitasinya harus seimbang.
"Kami pada masa pendemi pesanan tetap ada. Bahkan, sampai menolak order karena waktunya yang tidak mampu memenuhi permintaan konsumen. Karena dalam produksi saya sendirian," katanya.