Bisnis.com, JAKARTA — PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) memfokuskan diri kepada program penawaran pensiun dini yang tengah ditawarkan kepada karyawann sebagai bagian dari strategi bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan penawaran pensiun dini ini penting diputuskan bagi karyawan untuk menerimanya atau tidak. Hal ini supaya maskapai pelat merah tersebut juga dapat menentukan langkah restrukturisasi selanjutnya.
“Fokus ke pensiun dini sangat penting untuk diputuskan oleh setiap pegawai untuk ikut atau tidaknya dalam program ini,” ujarnya, Senin (24/5/2021).
Sementara itu, Komisaris Garuda Indonesia Peter F. Gontha mengatakan tak bisa berkomentar banyak atas langkah restrukturisasi mendalam yang bakal dilakukan oleh Garuda.
“Nggak ada yang bisa saya katakan. Saya nggak banyak bicara dulu. Sabar menunggu aja [wartawan]” katanya.
Sebelumnya, Peter juga sempat mengungkapkan dalam akun instagramnya soal kondisi keuangan Garuda. Dia menyebutkan Garuda di masa terakhir hidupnya, ibarat kanker sudah stadium 4, tapi penangannya masih seperti orang sakit flu.
Menurutnya pantas Menteri Keuangan Sri Mulyani gerah dan tidak mau lagi membantu perusahaan ini. Di masa pandemi saat ini, lanjut Peter Gontha, penanganan masalah keuangan yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan dan pembuat keputusan di BUMN membuat diri Sri Mulyani menangis.
“Saya akan buka kebobrokan yang terjadi seterang-terangnya karena semua pemegang saham terutama pemegang saham publik yang tidak bersuara berhak atas informasi yang lengkap. Mohon sabar menunggu,” ujarnya.
Adapun seperti diberitakan sebelumnya, Garuda Indonesia secara resmi telah menyatakan tengah menawarkan program pensiun dini kepada karyawan. Hal in imerupakan tindak lanjut upaya menyehatkan keuangan perusahaan. Hingga tahun ini, kinerja keuangan Garuda Indonesia tidak kunjung membaik.
Perseroan tercatat memiliki utang hingga Rp70 triliun. Jumlah utang tersebut bertambah lebih dari Rp1 triliun per bulan seiring dengan penundaan pembayaran yang dilakukan perusahaan kepada pada pemasok.
"Saat ini arus kas GIAA berada di zona merah dan memiliki ekuitas minus Rp41 triliun," kata Irfan seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (23/5/2021).
Oleh karena itu, selain program pensiun dini, Garuda juga mengambil langkah memangkas jumlah armada pesawat operasional hingga 50 persen. Jumlah armada yang dikurangi tersebut, seluruh sektor usaha GIAA kecuali untuk Citilink.