Bisnis.com, JAKARTA — Pembangunan kilang baru atau grass root refinery Tuban dinyatakan molor dari target penyelesaiannya pada 2026. Pembangunan proyek dengan nilai proyek US$16 miliar itu dipastikan mundur ke 2027.
Molornya proyek itu dikonfirmasi langsung Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji saat menjawab pertanyaan Anggota Komisi VII dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Ratna Juwita pada saat rapat dengar pendapat antara Komisi VII DPR dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang digelar, Senin (24/5/2021).
"Betul molor ya Pak? Yang kemarin target 2026 pimpinan, tapi ini sudah dikonfirmasi 2027," ujar Ratna.
Dalam kesempatan itu, Dirjen Migas menyatakan, "Memang betul [penyelesaiaannya diundur]. Saya juga agak terus terang close monitoring dengan pembangungan ini terkait investasinya masih rendah sekali. Jadi, saya kira biayanya sangat besar jadi tidak bisa kita sendiri."
Tutuka juga memaparkan terkait dengan perkembangan pengerjaan proyek GRR Tuban. Untuk pengadaan lahan, berdasarkan data yang disampaikan PT Pertamina (Persero), progres pengadaannya sudah selesai dan persetujuan prinsip tukar-menukar kawasan hutan (TMKH) untuk pengadaan lahan Perum Perhutani telah terbit. Adapun, progres land clearing tahap 3 per April 2021 telah mencapai 11,6 persen.
Tutuka melanjutkan bahwa untuk tahapan basic engineering design (BED) proyek GRR Tuban telah rampung, sedangkan progres pekerjaan front end engineering design (FEED) per April 2021 mencapai 0,6 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan rencana yang seharusnya 0,9 persen. Dia mengatakan, pekerjaan FEED ditargetkan selesai pada Januari 2022.
Untuk progres reklamasi lahan, proses persiapan tender pekerjaan reklamasi dimulai pada minggu keempat April 2021.
Tutuka mengatakan bahwa sesuai dengan penugasan melalui Kepmen ESDM No. 87/2016, GRR Tuban pada saat beroperasi akan memiliki kapasitas pengolah minyak mentah 300.000 barel per hari untuk memproduksi bensin 80.000 barel per hari dengan kualitas Euro V, dan avtur 27.000 barel per hari, serta 98.000 barel per hari solar.
GRR Tuban juga akan memproduksi petrokimia untuk jenis ethylene glycol, polipropilena, paraxylene, polietilena, dan styrene.
"Proyek Kilang Tuban merupakan proyek yang strategis karena membangun kilang minyak yang akan terintegrasi dengan kilang petrokimia," ungkapnya.
Sebelumnya, Presiden Direktur Pertamina Rosneft Kadek Ambara Jaya menegaskan komitmen perseroan untuk melanjutkan persiapan proyek pembangunan kilang GRR Tuban yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional.
Tahap FEED merupakan kajian fase engineering lanjutan dengan pendekatan engineering design untuk mengendalikan biaya proyek dan merencanakan suatu proyek secara menyeluruh sebelum penawaran lelang dilakukan. Proses FEED proyek kilang GRR Tuban ini ditargetkan selesai dalam waktu 12 bulan.
Ruang lingkup kajiannya meliputi mechanical data sheet peralatan utama, penyiapan paket tender, pengembangan proses dan utilitas, elaborasi tata letak kerja utama perpipaan, instrumen, kelistrikan, dan pekerjaan sipil. Secara ringkas, kajian FEED meliputi seluruh studi yang dilaksanakan sebelum pemesanan peralatan utama dalam sebuah proyek.
"Dari FEED ini, diharapkan didapatkan gambaran secara spesifik terhadap peralatan kilang dan infrastruktur yang akan dibangun di kilang GRR Tuban,” ungkapnya.