Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha industri sawit mengemukakan sejumlah faktor yang menyebabkan performa ekspor lemak dan minyak nabati mengalami koreksi pada April jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kondisi dalam negeri bisa memengaruhi kinerja ekspor pada periode tersebut.
Data sementara BPS memperlihatkan bahwa nilai ekspor minyak dan lemak nabati dengan kode HS 15 pada April turun 13,8 persen menjadi US$2,48 miliar. Penurunan nilai ini selaras dengan berkurangnya volume ekspor dari 2,93 juta ton pada Maret menjadi 2,44 juta ton pada April 2021.
“Saya belum analisis lebih jauh. Perlu dilihat juga bagaimana kondisi pasar domestik. Kalau produksi turun dan stok rendah, ekspor bisa turun,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono, Kamis (20/5/2021).
Laporan terakhir Gapki menunjukkan stok CPO dan turunannya pada awal April berada di angka 3,20 juta ton. Volume ini lebih rendah dibandingkan dengan stok awal Maret yang mencapai 4,02 juta ton.
Joko menyoroti pula kondisi permintaan di negara tujuan. Menurutnya, kehadiran kebijakan pembatasan mobilitas atau lockdown bisa sangat memengaruhi kinerja ekspor.
“Perlu dilihat juga faktor di negara tujuan, apakah ada lockdown atau tidak,” imbuhnya.
Baca Juga
Berkurangnya stok awal April dibandingkan dengan sebulan sebelumnya tak lepas dari naiknya ekspor bulanan pada Maret dibandingkan dengan Februari. Pada Februari, Gapki mencatat total ekspor CPO dan turunannya hanya berjumlah 1,99 juta ton. Sementara pada Maret, volume ekspor menembus 3,24 juta ton.
Selain itu, kenaikan produksi di dalam negeri pada Maret juga lebih kecil dari pada kenaikan ekspor dan konsumsi di dalam negeri. Produksi pada Maret hanya bertambah sekitar 633.000 ton, sementara konsumsi domestik naik mencapai 1,4 juta ton.