Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Ungkap Penyebab Ekspor CPO Turun pada April 2021

Pengusaha industri sawit menjelaskan penyebab kinerja ekspor CPO yang turun pada April 2021, khususnya kondisi dalam negeri yang turut mempengaruhi.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha industri sawit mengemukakan sejumlah faktor yang menyebabkan performa ekspor lemak dan minyak nabati mengalami koreksi pada April jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kondisi dalam negeri bisa memengaruhi kinerja ekspor pada periode tersebut.

Data sementara BPS memperlihatkan bahwa nilai ekspor minyak dan lemak nabati dengan kode HS 15 pada April turun 13,8 persen menjadi US$2,48 miliar. Penurunan nilai ini selaras dengan berkurangnya volume ekspor dari 2,93 juta ton pada Maret menjadi 2,44 juta ton pada April 2021.

“Saya belum analisis lebih jauh. Perlu dilihat juga bagaimana kondisi pasar domestik. Kalau produksi turun dan stok rendah, ekspor bisa turun,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono, Kamis (20/5/2021).

Laporan terakhir Gapki menunjukkan stok CPO dan turunannya pada awal April berada di angka 3,20 juta ton. Volume ini lebih rendah dibandingkan dengan stok awal Maret yang mencapai 4,02 juta ton.

Joko menyoroti pula kondisi permintaan di negara tujuan. Menurutnya, kehadiran kebijakan pembatasan mobilitas atau lockdown bisa sangat memengaruhi kinerja ekspor.

“Perlu dilihat juga faktor di negara tujuan, apakah ada lockdown atau tidak,” imbuhnya.

Berkurangnya stok awal April dibandingkan dengan sebulan sebelumnya tak lepas dari naiknya ekspor bulanan pada Maret dibandingkan dengan Februari. Pada Februari, Gapki mencatat total ekspor CPO dan turunannya hanya berjumlah 1,99 juta ton. Sementara pada Maret, volume ekspor menembus 3,24 juta ton.

Selain itu, kenaikan produksi di dalam negeri pada Maret juga lebih kecil dari pada kenaikan ekspor dan konsumsi di dalam negeri. Produksi pada Maret hanya bertambah sekitar 633.000 ton, sementara konsumsi domestik naik mencapai 1,4 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper