Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Bidik Utang Rp323,4 Triliun Kuartal II 2021

Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang berjudul Debt Portfolio Review, pengadaan utang dari SUN ditargetkan sebesar Rp194,6 triliun.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah berencana melakukan pengadaan utang tunai sebesar Rp323,4 triliun pada kuartal II/2021. Jumlah tersebut terdiri dari instrumen surat utang negara (SUN), surat berharga syariah negara (SBSN), dan pinjaman tunai.

Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang berjudul Debt Portfolio Review, pengadaan utang dari SUN ditargetkan sebesar Rp194,6 triliun.

“Mengutamakan penerbitan SUN melalui lelang, penerbitan Samurai Bond, dan private placement dilakukan dengan tujuan khusus,” tulis laporan yang dikutip Selasa (18/5/2021).

Untuk utang dari SBSN ditargetkan Rp108,4 triliun. Pengadaan dari sektor tersebut mengutamakan penerbitan SBSN melalui lelang, penerbitan sukuk dalam valuta asing, dan private placement dilakukan dengan tujuan khusus.

Sedangkan untuk pinjaman tunai, jumlahnya ditargetkan sebesar Rp20,4 triliun. Pinjaman dari luar negeri ini berasal dari Bank Dunia, Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), Kreditanstalt fur Wiederaufbau (KfW) Jerman, dan Japan International Cooperation Agency (JICA).

“Sumber pemberian pinjaman dapat berubah sesuai dengan proses negosiasi dan penyiapan dokumentasinya,” papar laporan tersebut.

Sebelumnya, Kemenkeu mencatat posisi utang pemerintah per akhir Maret 2021 mencapai Rp6.445,07 triliun. Jumlah ini setara dengan 41,64 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Posisi utang meningkat 1,3 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp6.361 triliun. Peningkatan ini disebabkan kondisi ekonomi Indonesia yang masih berada dalam fase pemulihan akibat penurunan ekonomi yang terjadi di masa pandemi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper