Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belanja Konsumen Lambat, Pemulihan Ekonomi China Jadi Tak Seimbang

Penjualan ritel meningkat 17,7 persen dalam periode tersebut, jauh lebih lambat dari kenaikan 25 persen yang diproyeksikan.
Suasana Pasar Induk Xinfadi di Distrik Fengtai, Beijing, China, pada sore hari 19 Juli 2019. /ANTARA
Suasana Pasar Induk Xinfadi di Distrik Fengtai, Beijing, China, pada sore hari 19 Juli 2019. /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas ekonomi China melambat pada April dari rekor ekspansi pada kuartal pertama karena penjualan ritel meleset dari perkiraan.

Output industri naik 9,8 persen pada April dari tahun sebelumnya versus estimasi median untuk kenaikan 10 persen. Penjualan ritel meningkat 17,7 persen dalam periode tersebut, jauh lebih lambat dari kenaikan 25 persen yang diproyeksikan.

Sementara itu, investasi aset tetap tumbuh 19,9 persen dalam empat bulan pertama tahun ini, sejalan dengan perkiraan. Tingkat pengangguran lebih rendah di 5,1 persen.

Biro Statistik Nasional menyatakan ekonomi China telah stabil pada pijakan yang lebih kuat, tetapi masih ada tantangan pandemi dan pemulihan global yang tidak merata serta dasar yang rapuh untuk pemulihan di dalam negeri.

Para pemimpin tertinggi negara baru-baru ini menggambarkan pemulihan tersebut tidak seimbang dan tidak stabil, menjanjikan upaya lebih lanjut untuk mendorong rebound dalam permintaan domestik.

Sheng Laiyun, Wakil Kepala Biro Statistik Nasional, mengatakan awal bulan ini masih ada kesenjangan antara pertumbuhan aktual dan potensial, menunjukkan pemulihan yang sebenarnya masih harus diupayakan.

"Kami melihat bahwa penjualan ritel terus mengecewakan," kata Kepala Ekonom untuk China di Barclays Plc Jian Chang, dilansir oleh Bloomberg, Senin (17/5/2021).

Hal itu konsisten dengan data selama hari libur pada awal Mei yang menunjukkan kesediaan orang untuk bepergian telah pulih ke tingkat sebelum Covid-19 tetapi pengeluaran sebenarnya masih tertinggal.

Sementara itu, indeks acuan saham China CSI 300 memperpanjang kenaikan hingga 1,8 persen, dengan subpengukur kebijaksanaan konsumen dan teknologi informasi memimpin reli.

Produksi industri tetap kuat didukung oleh pemulihan permintaan global, dengan stimulus fiskal dan peluncuran vaksin yang lebih cepat di banyak tempat membantu menjaga pertumbuhan ekspor tetap kuat. Kenaikan harga bahan mentah kemungkinan menjadi kendala di beberapa daerah, seperti halnya dorongan untuk memangkas produksi di sektor-sektor seperti baja dan batu bara untuk menurunkan polusi.

Dalam basis rata-rata dua tahun, yang mengoreksi distorsi dari penurunan tahun lalu, investasi manufaktur turun 0,4 persen dalam empat bulan pertama tahun ini, sementara investasi infrastruktur naik 2,4 persen dan properti tumbuh 8,4 persen.

Pertumbuhan penjualan ritel pada basis dua tahun rata-rata melemah menjadi 4,3 persen pada April dari 6,3 persen pada Maret, dengan konsumsi barang dan jasa katering melemah.

Sebuah laporan terpisah dari Biro Statistik Nasional menunjukkan pasar properti tetap kuat, dengan harga rumah naik pada laju tercepat dalam delapan bulan pada April.

Pihak berwenang telah menjanjikan pengurangan bertahap stimulus moneter dan fiskal yang dipompa ke dalam perekonomian tahun lalu, tanpa perubahan tajam dalam kebijakan. Data terbaru menunjukkan perlambatan kredit yang signifikan pada April, menunjukkan bahwa upaya tersebut mungkin akan lebih cepat dari perkiraan.

Sementara ityu, bank sentral menyuntikkan uang tunai jangka menengah ke dalam sistem keuangan untuk menyesuaikan jumlah yang jatuh tempo, sebuah langkah yang sebagian besar diharapkan oleh para analis.

Pada Maret, Bank Rakyat China memberi tahu industri perbankan untuk mengurangi pertumbuhan pinjaman dalam beberapa bulan mendatang dan mempertahankannya pada tingkat yang kira-kira sama seperti tahun lalu.

Laju penjualan utang pemerintah daerah di China untuk membiayai proyek infrastruktur juga melambat tajam pada Januari hingga April dibandingkan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper