Bisnis.com, JAKARTA – Saham Nissan Motor Co. anjlok paling tajam sejak Maret 2011, setelah proyeksi laba perusahaan untuk tahun fiskal ini meleset dari perkiraan analis, terbebani krisis semikonduktur yang tengah berlangsung.
Dilansir dari Bloomberg, Nissan menargetkan laba tidak berubah untuk tahun fiskal hingga Maret 2022 dari tahun sebelumnya, lebih rendah dari proyeksi para analis sebesar 133 miliar yen (US$1,2 miliar).
Sementara itu, Nissan mencatat kerugian hingga 151 miliar yen hingga akhir tahun fiskal 2020.
Saham Nissan ditutup melemah 10,04 persen atau 58 poin ke level 520 yen pada akhir perdagangan Rabu (12/5/2021).
Nissan mengatakan pada Selasa, meskipun permintaan mobil diperkirakan pulih dengan cepat di AS dan China, kenaikan harga bahan baku dan kelangkaan pasokan chip menghambat produktivitas perusahaan untuk tahun fiskal saat ini.
Chief Executive Officer Nissan Makoto Uchida mengatakan dia memperkirakan kekurangan chip akan berdampak pada sekitar 500.000 unit produksi tahun ini.
Baca Juga
“Meskipun situasi chip ke depan masih tidak pasti, Nissan akan untuk memulihkan sekitar setengah dari output yang hilang pada paruh kedua tahun fiskal ketika krisis chip mulai mereda,” kata Uchida, seperti dilansir Bloomberg.
Analis SMBC Nikko Toshihide Kinoshita mengatakan proyeksi konservatif ini mengingat ketidakpastian prospek yang diharapkan. Namun, mengingat mitra aliansi Mitsubishi Motors Corp memperkirakan laba untuk tahun fiskal saat ini, proyeksi Nissan terlihat seperti kejutan yang negatif.
Nissan telah menghentikan sejumlah pabrik dan mengurangi produksi sejak pertama kali memperingatkan tentang kelangkaan pasokan chip pada Januari. Perusahaan kini tengah mengimbangi dampak kekurangan dengan memprioritaskan produksi model populer dan mengurangi beberapa komponen teknologi di mobil.
Kekurangan chip semikonduktor diperkirakan akan merugikan industri otomotif tahun ini. Nissan kemungkinan akan berjuang lebih awal dan lebih lama dari yang lain.