Bisnis.com, JAKARTA — Industri Kimia memastikan kinerja tahun ini akan sangat bergantung dengan hasil kebijakan larangan mudik dan pengetatan perjalanan yang diberlakukan pemerintah sepanjang periode Ramadan dan Lebaran tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi Industri Kimia Khusus Indonesia (AIKKI) Ridwan Adipoetra mengatakan secara industri pihaknya sangat mendukung kebijakan pemerintah tersebut. Pasalnya, hal itu sebagai antisipasi lonjakan kasus Covid-19 seperti periode liburan sebelumnya atau yang sedang terjadi di sejumlah negara saat ini.
"Untuk kegiatan produksi hingga ekspor sejauh ini juga kami pastikan sudah aman dengan berkoordinasi dengan aparat atau buyer di Luar Negeri. Kami juga turut melarang karyawan melakukan mudik," katanya kepada Bisnis, Senin (10/5/2021).
Ridwan menyebut secara kinerja hingga kuartal I/2021 AIKKI mencatat tren kinerja yang membaik. Bahkan, dia menyebut sejumlah perusahaan kimia besar menilai transaksi tahun ini diproyeksi akan kembali menutup kinerja seperti sebelum pandemi Covid-19.
Namun, kembali lagi hal itu akan bergantung dengan hasil Covid-19 pasca Lebaran ini. Pasalnya, jika kembali melonjak maka akan sangat meruntuhkan seluruh industri.
"Jadi kami masih akan melihat kondisi setelah Lebaran nanti, semoga kalaupun naik sedikit dan masih terkontrol," ujar Ridwan.
Baca Juga
Adapun Ridwan menyebut tahun ini pendorong kinerja industri antara lain construction dan automotive assembly, lalu kebijakan bebas PPN dan PPNBM, dan adanya kebijakan TKDN untuk proyek- proyek pemerintah.
"Kalau faktor pemberatnya untuk tahun ini adalah permintaan bahan kimia bersamaan globally sehingga fluktuasinya cukup tinggi," kata Ridwan.
Selain itu, Ridwan menyebut faktor inflasi dan suku bunga masih jadi kendala untuk bersaing dengan produk luar negeri. Selain itu, adanya produk- produk impor sehingga memberikan kesulitan untuk meningkatkan produksi lokal.
Sementara itu, AIKKI selaras dengan Kemenperin tahun ini yang mengharapkan industri kimia dan farmasi tumbuh 6,85 persen dan investasi tahun ini akan berkisar Rp22,2 miliar lebih tinggi hampir 100 persen dari tahun lalu.