Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemanfaatan Batu Bara Berpacu dengan Momentum, Tantangan Makin Berat

Indonesia masih memiliki sekitar 37 miliar ton cadangan batu bara dan 149 miliar ton sumber daya batu bara yang bisa dimanfaatkan.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sujatmiko mengatakan bahwa tantangan industri batu bara ke depan semakin berat, terutama dari sisi lingkungan. Padahal, Indonesia masih memiliki cadangan batu bara yang cukup melimpah.

Dia menuturkan bahwa Indonesia masih memiliki sekitar 37 miliar ton cadangan batu bara dan 149 miliar ton sumber daya batu bara yang bisa dimanfaatkan.  Dengan adanya tekanan eksternal dalam menghadapi perubahan iklim, pelaku usaha batu bara perlu segera berinovasi untuk mengolah batu bara menjadi bahan baku industri yang lebih ramah lingkungan.

"Batu bara berpacu dengan momentum. Kami sarankan pengusaha batu bara, mumpung batu bara masih punya pasar manfaatkan sebaik-baiknya. Revenue-nya diinvestasikan untuk mengembangkan batu bara lebih hilir sehingga batu bara bisa lebih everlasting dan tidak menjadi sejarah," ujar Sujatmiko dalam acara CEO Talks' Webinar: Sustainability Executive Connect, Rabu (5/5/2021).

Dalam mendorong penghiliran batu bara, pemerintah telah menyiapkan berbagai insentif, salah satunya dengan memberikan royalti 0 persen terhadap komoditas batu bara yang dimanfaatkan untuk penghiliran.

Menurut Sujatmiko, peraturan Menteri ESDM yang akan mengatur mengenai pemberian royalti 0 persen sekarang ini sudah memasuki tahap finalisasi.  

"Permen royalti 0 persen sudah tahap final.  Artinya, begitu kawan-kawan dari batu bara mengembangkan untuk gasifikasi atau likuifaksi, batu bara yang digunakan royaltinya bisa 0 persen," katanya.

Di sisi lain, pelaku usaha batu bara juga dituntut untuk membuat kegiatan operasional tambangnya lebih ramah lingkungan.  Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, seperti biodiesel (B30) pada kegiatan operasional tambang, serta mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) di lokasi tambangnya.

Terkait dengan pengembangan EBT di lokasi tambang, Sujatmiko menilai pelaku usaha bisa mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya, bioenergi, maupun pembangkit listrik tenaga air.  

"PLTA sangat mungkin dikembangkan di lahan bekas tambang.  Mungkin 5—10 tahun lagi akan banyak void tambang yang selesai, ini suatu massa air yang luar biasa.  Bisa jadi semacam pump storage atau PLTA di lahan bekas tambang.  Mau enggak mau, kita harus kreatif," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper