Bisnis.com, JAKARTA — Pemanfaatan Sistem Informasi Ketenagakerjaan (Sisnaker) yang menjadi upaya pemerintah dalam mengantisipasi gagalnya usaha mengembangkan sektor ketenagakerjaan RI dinilai mesti diimbangi dengan kehadiran agensi yang menghubungkan langsung antara pemberi kerja dan pencari kerja.
Ketua Komite Tetap Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bob Azzam mengatakan agensi tersebut diperlukan untuk memaksimalkan Sisnaker sehingga aktivitas di pasar kerja Tanah Air menjadi lebih aktif.
"Sisnaker di Kemenaker merupakan salah satu sarana agar pasar kerja di Indonesia jadi lebih aktif. Namun, hal ini mesti didukung dengan adanya agen-agen di pemerintah yang menghubungkan pencari kerja dan penyedia pekerjaan," ujarnya, Senin (3/5/2021).
Alasanya, kata Bob, saat ini terdapat fenomena aneh di pasar kerja Tanah Air. Di satu sisi, jumlah pengangguran tinggi. Di sisi lain, jumlah perusahaan yang tidak mendapatkan pekerja sesuai dengan kebutuhan juga tidak sedikit.
Berdasarkan data BPS, dalam waktu 6 bulan terakhir terjadi peningkatan pengangguran sebesar 2,6 juta orang menjadi 9,77 juta atau sebanyak 7,07 persen. Bahkan, pandemi Covid-19 juga berdampak terhadap sebanyak 100 juta orang pekerja usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Dengan demikian, Bob menilai dibutuhkan jembatan yang tidak hanya memberikan informasi mengenai pasar kerja. Namun, juga agensi yang menjodohkan antara pemberi dan pencari kerja sesuai dengan kebutuhan industri yang mengikuti perkembangan zaman.
Menurut riset McKinsey & Company, dalam 10 tahun ke depan Indonesia akan memiliki 23 juta pekerjaan baru. Namun, dengan adanya automasi, lapangan pekerjaan yang muncul pun akan lebih banyak, yakni antara 27 juta—46 juta pekerjaan.
Ketika menyikapi laporan tersebut, Kemenaker pun saat ini sudah membangun Sisnaker sebagai ekosistem digital yang menjadi platform bagi segala jenis layanan publik dan aktivitas ketenagakerjaan, baik di pusat dan daerah.