Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan China yang melantai di bursa Amerika Serikat terus bertambah dan berhasil memecahkan rekor tertinggi yang pernah ada pada tahun lalu.
Data Bloomberg menunjukkan perusahaan dari China daratan dan Hong Kong telah mengumpulkan US$6,6 miliar melalui penawaran umum perdana di AS tahun ini, peningkatan delapan kali lipat dari periode yang sama pada 2020.
IPO terbesar yakni pembuat rokok elektrik RLX Technology Inc., senilai US$ 1,6 miliar dari diikuti oleh penawaran perusahaan perangkat lunak Tuya Inc. senilai US$ 947 juta.
Kecepatan IPO itu terjadi bahkan ketika ketegangan China-AS menunjukkan sedikit tanda-tanda pelonggaran dan ancaman perusahaan China dihapus dari bursa AS tetap ada.
Faktanya, Komisi Sekuritas dan Bursa AS mengatakan bulan lalu akan mulai menerapkan undang-undang yang memaksa firma akuntansi untuk mengizinkan regulator AS meninjau audit keuangan perusahaan luar negeri. Ketidakpatuhan dapat mengakibatkan penghapusan pencatatan dari Bursa Efek New York atau Nasdaq.
Sementara itu, risiko bagi perusahaan China cukup tinggi mengingat negara itu telah lama menolak membiarkan regulator AS memeriksa audit perusahaan yang terdaftar di luar negeri terkait masalah keamanan nasional.
Baca Juga
"Mereka akan mengakui ini adalah potensi risiko, dan jika sesuatu terjadi mereka mungkin perlu bersiap-siap untuk yang terburuk," kata Stephanie Tang, kepala ekuitas swasta untuk Greater China di firma hukum Hogan Lovells, dilansir Bloomberg, Senin (26/4/2021).
Terlepas dari semua risiko, pipeline terus tumbuh sehingga capaian tahun ini kemungkinan akan melebihi tahun lalu.
Perusahaan China mengumpulkan hampir US$ 15 miliar melalui IPO AS pada 2020, rekor tertinggi kedua setelah 2014, ketika raksasa e-commerce Alibaba Group Holding Ltd. memperoleh US$ 25 miliar dalam floatnya.
Didi Chuxing telah mengajukan secara rahasia untuk IPO AS yang dapat mendongkrak valuasi raksasa ride-hailing China itu menjadi sebanyak US$ 100 miliar. Startup truk mirip Uber, Full Truck Alliance, juga sedang mengerjakan daftar AS tahun ini yang dapat mengumpulkan sekitar US$ 2 miliar, kata orang-orang yang mengetahui masalah tersebut, meminta untuk tidak disebutkan namanya.
"Perusahaan China dalam ekonomi baru tampaknya tidak terhalang untuk melakilan IPO di AS meskipun ada ketegangan yang sedang berlangsung," kata Calvin Lai, mitra di Freshfields Bruckhaus Deringer.
Penjualan saham tambahan oleh perusahaan China juga diterima dengan baik di AS tahun ini, memberikan pengembalian rata-rata 11 persen dari harga penawaran mereka di sesi berikutnya, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Sementara pusat keuangan saingan seperti Hong Kong dalam beberapa tahun terakhir telah mengubah aturan pencatatan mereka untuk mempermudah perusahaan ekonomi baru untuk go public di sana, itu tidak menghentikan aliran perusahaan ke Amerika Serikat.
Faktanya, lalu lintas uang sekarang berjalan dua arah, dengan perusahaan China yang diperdagangkan di AS melakukan IPO kedua di Hong Kong untuk memperluas basis investor mereka dan sebagai lindung nilai terhadap risiko penghapusan daftar.
Daftar sekunder semacam itu mengumpulkan hampir US$ 17 miliar tahun lalu dan telah menghasilkan lebih dari US$ 8 miliar tahun ini, data Bloomberg menunjukkan. Para bankir mengatakan banyak perusahaan pergi ke AS karena mengetahui bahwa mereka kemudian dapat mendaftar di Hong Kong.
Misalnya, Didi juga sedang menjajaki kemungkinan penawaran ganda di Hong Kong nanti, sementara produsen mobil listrik China Xpeng Inc. juga sedang menjajaki penjualan saham di pusat keuangan iru kurang dari setahun setelah go public di New York.