Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Fesyen RI Kurang Bergairah, Ini Komentar Pelaku Industri

Penurunan nilai ekspor produk-produk fesyen pun sudah terlihat sejak 2 tahun terakhir.
Bisnis fesyen termasuk industri kreatif yang berkembang pesat di masa pandemi ini, seiring dengan kebanggaan akan produk lokal dan marketplace yang akomodatif. /Shenelinrnrn
Bisnis fesyen termasuk industri kreatif yang berkembang pesat di masa pandemi ini, seiring dengan kebanggaan akan produk lokal dan marketplace yang akomodatif. /Shenelinrnrn

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana Indonesia untuk menjadi hub fesyen dunia pada 2025 dinilai sulit tercapai. Tidak hanya pada saat pandemi Covid-19, penurunan nilai ekspor produk-produk fesyen pun sudah terlihat sejak 2 tahun terakhir.

Mengacu data BPS, ekspor produk fesyen Indonesia mengalami penurunan cukup signifikan. Nilai total ekspor produk seperti pakaian, perhiasan, arloji, dan alas kaki secara keseluruhan mencatatkan penurunan sejak 2019.

Penurunan terjadi pada 2019 di mana nilai ekspor untuk keempat produk utama dunia fesyen tersebut anjlok dari US$727 juta menjadi US$664 juta. Hantaman pandemi Covid-19 kemudian memperparah kondisi ekspor produk-produk fesyen RI.

Tahun lalu, BPS mencatat untuk keempat produk yang sama kembali terjadi penurunan nilai ekspor. Pada 2020, nilai ekspor untuk produk pakaian, alas kaki, perhiasan, dan arloji hanya senilai US$651 juta.

Advisory Board Indonesian Fashion Chamber (IFC) Dina Midiani penurunan nilai ekspor produk fesyen yang terjadi tidak lepas dari perubahan situasi dalam 10 tahun terakhir di dunia fesyen. Dengan kondisi seperti saat ini, ujarnya, dalam keadaan normal pun Indonesia akan tetap sulit untuk merealisasikan target menjadi hub fesyen.

"Kalau bicara 5 tahun yang lalu, idealnya memang begitu. Namun, sekarang situasi berubah. Terutama, sejak dihantam pandemi. Bahkan, kalau tidak ada pandemi pun, kemungkinan sulit untuk merealisasikan target yang sudah dibuat," ujarnya, Rabu (21/4/2021).

Menurutnya, industri fesyen Tanah Air mesti mengganti strategi jika ingin tetap berkiprah di pasar global. Saat ini, jelasnya, pelaku industri fesyen harus mampu menciptakan produk yang tidak hanya mengindikasikan kualitas dan harga, tetapi juga nilai tambah unik yang mencerminkan kekhasan kultural Tanah Air, misalnya.

Dia menilai, terdapat 2 pasar ekspor yang bisa dimanfaatkan ke depannya oleh industri fesyen lokal. Pertama, negara-negara maju di benua Eropa, Amerika Serikat, dan beberapa pasar tradisional seperti Jepang dan Jerman.

Kedua, industri fesyen Indonesia juga dapat mengeruk cuan dari negara-negara muslim dengan menawarkan produk-produk dengan mode bernuansa islami.

"Produsen harus mulai memikirkan negara-negara dengan mode produk fesyen tersebut," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper