Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor UKM Indonesia Kalah dari Negara Asia Pasifik Lain

Kontribusi ekspor UKM Indonesia senilai 14,37 persen dinilai masih kalah dibandingkan dengan negara lain di Asia Pasifik yang rata-rata mencapai 35 persen.
Menteri Koperasi dan UKM RI Teten Masduki melakukan kunjungan ke sentra vaksinasi untuk Pelaku UMKM di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Kamis (01/04). /Bisnis.com-Laurensia Felise
Menteri Koperasi dan UKM RI Teten Masduki melakukan kunjungan ke sentra vaksinasi untuk Pelaku UMKM di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Kamis (01/04). /Bisnis.com-Laurensia Felise

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengakui bahwa ekspor yang dilakukan usaha berskala kecil dan menengah masih kecil dan menghadapi sejumlah kendala. Dari total ekspor US$163,30 miliar pada 2020, kontribusi ekspor UKM hanya di kisaran 14,37 persen.

Teten mengatakan kontribusi tersebut terbilang rendah jika dibandingkan dengan negara Asia Pasifik lainnya. Menurutnya, rata-rata kontribusi ekspor UKM di negara-negara kawasan ini mencapai 35 persen.

Dia menyebutkan terdapat beberapa kendala yang dihadapi pelaku UKM untuk meningkatkan ekspor. Di antaranya adalah pengetahuan pasar luar negeri yang minim, kualitas produk yang belum memenuhi standar, kapasitas produksi, biaya sertifikasi, dan kendala logistik.

“Sebanyak 86 persen nilai ekspor disumbang oleh pelaku usaha besar. UKM sulit menembus pasar ekspor karena kendala-kendala ini,” kata Teten dalam Konferensi 500K Eksportir Baru yang digelar secara daring, Senin (19/4/2021).

Dia menyebutkan kendala-kendala tersebut perlu dipecahkan dan dicari solusinya. Kolaborasi dunia usaha untuk mencetak 500.000 eksportir baru sampai 2030 dia nilai bisa menjadi salah satu pemecah masalah.

Selain itu, terdapat pula sejumlah bantuan pemerintah yang disiapkan untuk mengurangi beban UKM ekspor dalam menghadapi tantangan saat pandemi. Dia mencatat terdapat kenaikan tarif pengiriman barang di kisaran 30 sampai 40 persen akibat terbatasnya kontainer dan kapal selama pandemi.

“Berkurangnya volume ekspor dan impor berdampak pada berkurangnya jadwal kapal dan penerbangan internasional. Sistem logistik dunia terganggu. Untuk atasi kendala biaya logistik kami bekerja sama dengan Garuda Indonesia dan dukung mendukung UMKM untuk melakukan ekspor, baik kontainer, mandiri, tapi juga penjualan langsung ke marketplace melalui Amazon, Lazada, dan lainnya,” papar Teten.

Teten juga mengharapkan roadmap pengembangan 500.000 eksportir baru dapat segera terbentuk sehingga kolaborasi pemerintah dan dunia usaha memiliki target yang jelas. Di sisi lain Kementerian Koperasi dan UKM bersama dengan Sekolah Ekspor juga tengah menyusun kurikulum dan modul pelatihan bagi UKM berorientasi ekspor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper