Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan rumah Singapura mengalami rebound pada Maret, memicu kekhawatiran bahwa pihak berwenang mungkin memberlakukan langkah-langkah baru untuk menenangkan pasar.
Data Urban Redevelopment Authority menunjukkan pembelian apartemen pribadi baru berlipat ganda menjadi 1.296 bulan lalu dari 645 unit pada Februari.
Lonjakan tersebut menambah tanda-tanda bahwa pasar perumahan Singapura memanas karena ekonomi mulai pulih dari resesi yang dipicu pandemi.
Pihak berwenang telah memperingatkan bahwa suku bunga rendah dapat mendistorsi harga aset dan pasar properti tidak boleh berjalan di depan fundamental ekonomi.
"Ya, mungkin ada lebih banyak risiko pembatasan baru," kata Christine Sun, Wakil Presiden Riset dan Analitik di konsultan properti OrangeTee & Tie, dilansir Bloomberg, Kamis (15/4/2021).
Namun, Sun menambahkan bahwa penjualan yang kuat bulan lalu sebagian besar didorong oleh segmen barang mewah, di mana pembeli biasanya tidak memiliki masalah keterjangkauan.
Baca Juga
"Pihak berwenang mungkin lebih khawatir jika harga sebagian besar didorong oleh segmen pasar massal," katanya.
Negara lain bergulat dengan masalah serupa. Selandia Baru menghapus insentif pajak bagi investor properti, sementara Kanada menghadapi seruan yang meningkat untuk mengendalikan pasar.
Menurut data awal, harga rumah di Singapura tumbuh 2,9 persen pada kuartal lalu, terbesar sejak kuartal kedua 2018, tepat sebelum pihak berwenang terakhir kali memberlakukan langkah-langkah pendinginan. Harga flat perumahan publik dan rumah mewah juga telah meningkat, dengan beberapa rekor yang memecahkan rekor di sepanjang jalan.
Sementara itu, penjualan rumah bekas pribadi telah mencapai tingkat tertinggi dalam hampir satu dekade. Sun mengatakan permintaan meningkat karena pembeli mengantisipasi harga akan naik lebih lanjut seiring dengan pemulihan ekonomi.
Dia menambahkan penjualan rumah bekas pribadi telah mencapai level tertinggi dalam hampir satu dekade.