Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Maret 2021 Naik, BPS: Antisipasi Industri Jelang Lebaran

BPS memperkirakan kenaikan realisasi impor pada Maret 2021 disebabkan pengaruh antisipasi industri jelang periode Ramadan dan Lebaran.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memberikan paparan dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (6/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memberikan paparan dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (6/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Pusat (Statistik) Suhariyanto menyebutkan kenaikan impor pada Maret 2021 tidak terlepas dari pengaruh persiapan industri dalam negeri menghadapi kenaikan konsumsi saat Ramadan dan Lebaran. Kenaikan impor terjadi di semua golongan barang berdasarkan penggunaan dengan kenaikan bulanan terbesar pada bahan baku/penolong.

“Saya pikir ya [dipengaruhi Ramadan dan Lebaran]. Kenaikan ini sebagian untuk antisipasi konsumsi saat momen tersebut jika melihat kenaikan beberapa jenis barang konsumsi maupun bahan baku,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Kamis (15/4/2021).

Impor bahan baku/penolong tercatat naik 31,10 persen menjadi US$12,97 miliar. Angka tersebut juga naik dibandingkan dengan nilai impor pada Maret tahun lalu ketika pandemi pertama diumumkan masuk ke Tanah Air pertama kali.

Kenaikan impor juga terjadi pada barang konsumsi yang menyentuh US$1,41 miliar atau naik 15,51 persen m-to-m. Suhariyanto mengatakan kenaikan barang konsumsi terbesar disumbang oleh vaksin untuk manusia yang dipasok China, gula mentah dari India, susu dan bubuk krim dari Selandia Baru, mesin AC dari Thailand, dan jeruk mandarin dari China.

“Kalau kita lihat antusiasme pengusaha dan masyarakat untuk menyambut persiapan Lebaran ini cukup bagus. Permintaan barang menyebabkan industri kita bergerak dan ini akan terlihat saat tilis pertumbuhan ekonomi kuartal I/2021 di mana pergerakan industri makanan dan minuman juga bagus,” lanjutnya.

Dia pun berharap pertumbuhan positif pada kinerja impor kali ini menjadi sinyal bahwa aktivitas manufaktur dan investasi mulai pulih dan berdampak positif ke pertumbuhan ekonomi kuartal I. Kinerja positif ini juga diharapkan berlanjut pada kuartal selanjutnya.

Terpisah, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman membenarkan bahwa kenaikan impor bahan baku/penolong merupakan bagian persiapan industri menghadapi Ramadan dan Lebaran. Sebagai contoh, impor serealia naik dari 990.800 ton pada Februari 2021 menjadi 1,18 juta ton pada Maret 2021. kenaikan signifikan juga terlihat dari impor gula dan kembang gula dari 738.200 ton pada Februari menjadi 752.100 ton pada Maret.

Meski demikian, Adhi memberi catatan potensi kenaikan impor bahan baku yang sifatnya sementara. Dia memperkirakan volume impor akan kembali normal setelah Ramadan dan Lebaran berakhir. Menurutnya, pelaku usaha akan melihat perkembangan konsumsi domestik sebelum memutuskan menambah pengadaan bahan baku.

“Setelah Ramadan akan kembali normal. Kami juga masih memantau dampak larangan mudik. Ada kekhawatiran akan berpengaruh dan menyebabkan penurunan permintaan,” kata Adhi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper