Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi kuartal II/2021 diperkirakan bisa mencapai 6 persen, didukung oleh sejumlah faktor stimulus untuk menggerakkan konsumsi rumah tangga.
Meski begitu, tekanan dari kontraksi ekonomi tahun sebelumnya dapat memberikan jalan terjal bagi perekonomian Indonesia di trimester ini.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2021 dipengaruhi oleh faktor basis yang rendah dari kuartal II/2020 sebesar -5,32 persen.
“Pertumbuhan ekonomi kuartal II/2021 akan sangat dipengaruhi oleh faktor basis yang rendah pada kuartal II/2020 di mana pertumbuhan ekonomi tercatat -5,32 persen di tengah pemberlakuan PSBB sedemikian sehingga aktivitas ekonomi domestik cukup tertekan,” terang Josua kepada Bisnis, Senin (12/4/2021).
Hal itu, lanjut Josua, juga dipicu limpahan bantuan dan stimulus kepada masyarakat yang terus bergulir agar konsumsi rumah tangga tumbuh positif.
Adapun, contohnya yaitu, penyaluran program perlindungan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah, relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) kendaraan bermotor, dan PPN perumahan.
Baca Juga
Lalu, serta relaksasi seperti pelonggaran down payment (DP) Kredit Kendaraan Bermotor atau loan to value (LTV) dan financing to value (FTV) untuk kredit properti.
Selain itu, kombinasi kebijakan tersebut juga akan didukung oleh faktor Ramadhan dan Idulfitri yang akan mendorong konsumsi. Terlebih, pemerintah sudah mendorong pemberi kerja untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada karyawannya serta alokasi anggaran untuk subsidi ongkos kirim pada Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) jelang Idulfitri.
Meski begitu, di tengah implementasi stimulus ekonomi dari sisi pemerintah, BI, dan OJK, Josua mengingatkan terdapat beberapa kebijakan seperti pelarangan mudik yang berpotensi membatasi pemulihan konsumsi masyarakat yang cukup signifikan.
“Di mana selanjutnya juga akan mempengaruhi beberapa sektor ekonomi seperti hotel dan restoran serta transportasi yang tertahan pemulihannya karena berkaitan erat dengan pelarangan mudik tahun 2021 ini,” ujar Josua.
Selain itu, program vaksinasi saat ini yang masuk dalam tahap kedua gelombang pertama, menurut Josua, belum berdampak signifikan terhadap terbentuknya herd immunity karena vaksinasi terhadap masyarakat luas baru akan dilakukan pada gelombang kedua tahap ketiga dari program vaksinasi.
“Dengan percepatan program vaksinasi serta didukung dengan optimalisasi stimulus kebijakan ekonomi, diperkirakan akselerasi pemulihan ekonomi semester II/2021 akan lebih signfikan,” pungkasnya.