Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF: Vaksinasi Yang Tidak Seimbang Ancam Pemulihan Ekonomi Timur Tengah

International Monetary Fund (IMF) mengingatkan bahwa distribusi vaksin yang tidak merata akan menggagalkan pemulihan kawasan tersebut, karena prospek negara kaya dan miskin yang berbeda.
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA – Perekonomian negara Timur Tengah semakin pulih dari pandemi Covid-19 lebih cepat dari yang diantisipasi, sebagian besar karena percepatan kampanye vaksinasi massal dan kenaikan harga minyak.

Dilansir dari Channel News Asia, (11/4/2021), International Monetary Fund (IMF) mengingatkan bahwa distribusi vaksin yang tidak merata akan menggagalkan pemulihan kawasan tersebut, karena prospek negara kaya dan miskin yang berbeda.

Pada laporan terbaru, IMF merevisi kenaikan outlook perekonomian Timur Tengah dan Afrika Timur untuk tahun 2020 yang mengalami kontraksi sebesar 3,4 persen pada tahun lalu, dengan pertumbuhan eksportir minyak di kawasan tersebut didukung oleh ledakan komoditas dan kenaikan harga minyak mencapai US$67 per barel pada Maret.

Walaupun terdapat perkiraan penurunan hingga US$57 per barel di akhir 2021, kenaikan harga dari rekor terendah sepanjang masa di 2020 turut memberikan dorongan kepada negara-negara seperti Uni Emirat Arab (United Arab Emirates/UAE) dan Arab Saudi, yang juga cepat dalam urusan vaksinasi massal.

Sementara itu, di kawasan lain yang mengalami kenaikan inflasi seperti Yaman dan Sudan, hingga Libya dan Lebanon, IMF mengatakan instabilitas merajalela dan perang meninggalkan luka yang permanen sehingga dampak pandemi akan menjadi berkpenjangan dan membahayakan perekonomian.

“Kita sudah setahun memasuki krisis dan pemulihan sudah kembali, tetapi ini adalah pemulihan yang berbeda,” kata Direktur Departemen Timur Tengah dan Asia Tengah IMF Jihad Azour dalam wawancaranya bersama Associated Press, Minggu (11/4/2021).

“Kita berada pada titik balik. [.......] Kebijakan vaksinasi adalah kebijakan ekonomi,” lanjutnya.

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4 persen di Timur Tengah tahun ini. Namun, prospek cerah tersebut menutupi kesenjangan ekonomi yang mendalam di kawasan tersebut.

Jihad mengatakan, bagi negara yang kaya akan minyak, defisit yang menganga diperkirakan akan berkurang seiring dengan merangkaknya kenaikan pendapatan, semakin banyaknya warga yang divaksin, dan surutnya pelaksanaan lockdown.

Berkat manajemen pengendalian virus yang kuat oleh pemerintah dan kenaikan harga minyak, ekonomi Arab Saudi akan berkembang 2,9 persen dibandingkan kontraksi sebesar 4,1 persen pada tahun sebelumnya.

Harga minyak yang lebih tinggi datang karena Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countires/OPEC) dan sekutunya tetap membatasi produksi dan tampaknya tidak mungkin bagi Amerika Serikat (AS) akan segera mencabut sanksi terhadap sektor minyak Iran yang kritis.

IMF mengharapkan ekonomi UEA tumbuh tahun ini sebesar 3,2 persen, dengan Dubai World Expo sebagai kunci pemulihan negara, sekarang dijadwalkan ulang untuk Oktober 2021. Dubai berharap acara besar itu akan menarik 25 juta pengunjung dan serangkaian kesepakatan, yang menandai masa depan pascapandemi yang cerah.

UEA telah meluncurkan salah satu kampanye inokulasi tercepat di dunia, dengan lebih dari 90 dosis diberikan per 100 penduduk pada minggu ini. Namun, runtuhnya perhotelan, pariwisata, dan ritel menghadirkan tantangan bagi kemewahan Dubai, di mana serangkaian PHK melanda pekerja asing dan memangkas populasi emirat sebesar 8,4 persen, menurut lembaga rating S&P Global.

Prospek ekonomi suram bagi negara dengan ekonomi berkembang dan rapuh. Banyak dari negara tersebut memiliki kampanye vaksinasi yang lambat, sumber daya untuk stimulus fiskal yang sedikit, dan besarnya proporsi pendapatan yang diambil dari sektor pariwisata yang paling lambat pulih dari pandemi.

Sementara, negara-negara kaya berencana untuk memvaksinasi sebagian besar penduduk mereka dalam beberapa bulan. IMF menuturkan sebagian besar wilayah dari Afghanistan dan Gaza hingga Irak dan Iran, kemungkinan besar tidak akan menyuntik sebagian besar populasi mereka hingga pertengahan 2022. Bahkan, perkiraan itu mungkin optimis.

Menurut laporan IMF, negara-negara berpenghasilan terendah di kawasan itu bisa menunggu paling cepat hingga 2023 untuk vaksinasi massal.

Sementara itu, sistem kesehatan banyak negara yang terkepung sedang tegang di bawah gelombang infeksi yang muncul kembali. Hal tersebut mendorong pihak berwenang untuk memberlakukan pembatasan baru dan menimbulkan lebih banyak penderitaan ekonomi.

IMF lalu memperkirakan pemulihan yang lamban pada 2021 untuk Mesir dan Pakistan, importir minyak yang bergantung pada pariwisata yang melihat eksodus investor asing tahun lalu.

IMF merevisi turun perkiraan pertumbuhannya untuk Yordania, di mana tingkat pengangguran kaum muda telah meroket hingga 55 persen. Sementara itu, Sudan tetap terperosok dalam utang dan terancam oleh instabilitas, tetapi ekonominya dapat tumbuh untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun karena memperoleh akses baru ke jaringan keuangan internasional.

Lebanon, di tengah krisis keuangan terburuk yang pernah terjadi, tetap menjadi satu-satunya ekonomi Timur Tengah yang berisiko mengalami kontraksi lebih lanjut.

Negara ini telah gagal bayar hutang luar negerinya dan gagal melaksanakan reformasi ekonomi, apalagi membentuk pemerintahan. Terlebih, ledakan raksasa di pelabuhan Beirut tahun lalu mendatangkan malapetaka di ibu kota.

Azour bahkan menolak untuk menawarkan perkiraan ekonomi spesifik untuk Lebanon tahun ini, dengan alasan “semua ketidakpastian”.

Di Iran, IMF menemukan alasan untuk memuji pertumbuhan ekonomi setelah bertahun-tahun merosot, mencatat bahwa perlawanan pemerintah terhadap penguncian yang disebabkan virus yang akan menghancurkan ekonomi yang terkena sanksi telah menyelamatkannya dari dampak pandemi yang terburuk.

Ekonomi negara itu diperkirakan tumbuh 2,5 persen pada 2021, kata Azour, mengumpulkan sedikit keuntungan tahun lalu. Namun, pemulihan Iran masih jauh karena vaksinasi terlambat, inflasi menghilangkan tabungan masyarakat dan kebijakan ekonomi mengabaikan yang paling rentan.

Meskipun ketimpangan semakin memburuk, pandemi telah menunjukkan bahwa nasib negara-negara terkaya dan termiskin di Timur Tengah semakin terjalin. Infeksi yang meningkat dan inokulasi yang membengkak di mana pun di kawasan ini dapat menyebarkan varian baru yang mengancam kesehatan ekonomi dan masyarakat secara keseluruhan, IMF melaporkan.

“Oleh karena itu, kerjasama regional apapun akan disambut baik kedepannya,” kata Azour.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper