Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin) bersama dengan Schneider Electric, kembali menandatangani Nota Kesepahaman dalam rangka akselerasi “Making Indonesia 4.0” difokuskan pada program vokasi dan pengembangan kompetensi pelaku industri dalam penerapan revolusi industri 4.0.
Penandatanganan Nota Kesepahaman dilakukan sehubungan dengan pameran Hannover Messe 2021 dimana Indonesia menjadi negara mitra resmi, dan Schneider Electric Manufacturing Batam ditunjuk mewakili Indonesia sebagai WEF Global Lighthouse Network dalam implementasi pabrik pintar di sektor manufaktur.
Penandatanganan Nota Kesepahaman dilakukan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Arus Gunawan dan Direktur Business Development Schneider Electric Indonesia, Syarief M. Reza disaksikan oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Dody Widodo.
Kerjasama strategis kali ini mencakup 2 (dua) area yaitu pengembangan Pusat Inovasi Digital Industri 4.0 (PIDI 4.0) yang mencakup penyediaan tenaga pelatih “Transformasi Digital Industri 4.0”, dan penyediaan demo produk dan peralatan teknologi; serta pengembangan Program Vokasi yang mencakup pembuatan kurikulum pelatihan tingkat universitas terkait “Basic Industry 4.0” dan “Transformasi Industri 4.0 untuk Industri Tekstil & Pakaian”, pemberian pelatihan kepada dosen universitas dan guru politeknik terpilih, serta kunjungan ke pabrik pintar Batam bagi para peserta yang telah menyelesaikan program pelatihan.
Menperin Agus Gumiwang mengatakan, sebagai official partner country Hannover Messe 2021, Pemerintah Indonesia akan menampilkan berbagai percontohan terbaik dalam penerapan industri 4.0 di Indonesia. Ini akan membuka pandangan industri dunia tentang potensi besar Indonesia dalam menjalin kemitraan menuju transformasi industri 4.0.
"Kemenperin terus mendorong keterlibatan para pelaku industri di Indonesia dalam mempromosikan Indonesia di kancah internasional. Ke depan, kami juga akan terus mengembangkan sumber daya manusia melalui pembangunan pusat pelatihan dan kurikulum vokasi yang disesuaikan dengan kompetensi yang dibutuhkan di era industri 4.0," ujar Agus.
Penandatangan Nota Kesepahaman ini menjadi bagian dari rangkaian program Kemenperin di acara Hannover Messe 2021 dimana Indonesia menjadi official partner country dann mengusung tema Making Indonesia 4.0 dengan tagline “Connect to Accelerate”. Tagline ini menjadi sebuah bentuk ajakan dan undangan kepada semua pemangku kepentingan di dalam maupun luar negeri untuk bersinergi dengan tujuan mempercepat pertumbuhan industri Indonesia melalui penerapan teknologi industri 4.0.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI), Arus Gunawan menyampaikan bahwa “Selama 5 (lima) tahun masa Nota Kesepahaman, Schneider Electric akan menjadi mitra kerja Kemenperin dalam menyusun kurikulum dasar serta melakukan bimbingan dan pelatihan kepada 500 pengajar dan 2.500 mahasiswa dari 50 universitas dan politeknik di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu Schneider Electric juga akan memberikan pelatihan kepada 250 profesional di Kemenperin. Kerjasama ini merupakan bagian dari langkah strategis Kemenperin dalam pembangunan sumber daya manusia untuk percepatan Making Indonesia 4.0.”
Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Lester, Roberto Rossi mengatakan “Sektor industri berkontribusi sepertiga dari keseluruhan konsumsi energi di dunia. Oleh karena itu, sebagai pelaku industri, kita memiliki peran besar dalam mengurangi emisi global sekarang dan di masa depan. Menciptakan ekosistem industri manufaktur yang maju merupakan inti dari revolusi industri 4.0, yang membuka berbagai peluang baru bagi perusahaan dalam mengubah proses operasional, model bisnis, meningkatkan pendapatan dan di saat yang bersamaan menciptakan lingkungan hidup yang lebih berkelanjutan. Adapun untuk mencapai keberhasilan dari proses transformasi digital manufaktur ini, kesiapan dan kompetensi sumber daya manusia menjadi faktor yang sangat penting. Di Schneider Electric sendiri, kami membuat kurikulum pelatihan dan memiliki pusat belajar untuk meningkatkan kompetensi para staff kami agar dapat mendukung rencana transformasi digital perusahaan. Kami juga menciptakan lingkungan kerja yang terbuka untuk menumbuhkan komunikasi dan kolaborasi antar divisi dan antara manajemen dan timnya.”
“Kemitraan strategis Schneider Electric dan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dalam rangka percepatan implementasi “Making Indonesia 4.0” telah terjalin sejak 2018. Dan kami bangga, kemitraan strategis ini terus berlanjut. Dalam kerjasama lanjutan dengan Kemenperin ini, Schneider Electric akan memberikan pembekalan tidak hanya terkait teknologi dan solusi digital dari smart manufacturing namun juga berbagi wawasan terkait transformasi sumber daya manusia yang harus dilakukan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk membangun ekosistem industri manufaktur yang maju di era industri 4.0," kata Roberto.
Lebih lanjut selama pameran Hannover Messe 2021 yang berlangsung dari 12-16 April 2021 ini, Schneider Electric akan memperkenalkan teknologi mutakhir dan memperlihatkan secara langsung dampak nyata transformasi digital dari pabrik pintar untuk membantu manajemen membuat keputusan yang didasarkan pada informasi dan data. Hal ini memungkinkan perusahaan meningkatkan profitabilitas, kinerja manajemen aset, efisiensi operasional dan produktivitas sekaligus menjaga operasional tetap aman, lincah, dan ramah lingkungan.
Pabrik pintar Schneider Electric di Batam mengimplementasikan EcoStruxure™ Machine – salah satu solusi EcoStruxure™ yang berbasis IoT (Internet of Things) milik Schneider Electric yang terbuka, mudah dioperasikan, dan kompatibel – yang memungkinkan pelacakan secara real-time atas kinerja operasional dan visibilitas yang lebih baik terhadap kinerja peralatan berat dan kebutuhan perawatan (maintenance) preventif. Dengan aplikasi Manufacturing Control Tower dashboards, manajer pabrik dapat membuat keputusan yang lebih baik dan lebih cepat dapat menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kegiatan operasional. Dengan solusi ini, pabrik Batam dapat mengurangi waktu perawatan sebesar 17 persen dan mengurangi resiko produk cacat/gagal sebesar 46 persen.