Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI) optimistis rata-rata harga batu bara sepanjang kuartal II/2021 akan masih lebih bagus dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan bahwa produksi batu bara global tahun ini menurun pada awal tahun ini karena kondisi curah hujan yang masih tinggi. Cuaca ekstrem hingga menyebabkan banjir di negara-negara produsen batu bara, seperti Indonesia dan Australia, cukup berpengaruh terhadap pasokan batu bara.
Sedangkan di sisi lain permintaan batu bara global cukup tinggi, terutama dari China. Hendra menuturkan larangan impor batu bara dari Australia oleh Pemerintah China secara tidak langsung menyebabkan harga batu bara domestik China meningkat sehingga China membuka keran impor batu baranya.
Kondisi inilah yang kemudian mendorong harga batu bara mengalami kenaikan. "Produksi lebih rendah tahun ini, jadi supply berkurang. Hukumnya kan kalau demand tinggi, harga pasti naik," ujar Hendra kepada Bisnis, Selasa (6/4/2021).
Meski demikian, ia tidak bisa memprediksi apakah tren kenaikan Harga Batu Bara Acuan (HBA) akan terus berlanjut hingga pertengahan tahun nanti. Namun, dia memperkirakan rata-rata harga batu bara pada kuartal II/2021 ini masih akan lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga pada tahun lalu yang jatuh akibat pandemi Covid-19.
"Tapi masih lebih bagus average harga di kuartal II/2021 dibandingkan kuartal II/2020. Tahun lalu, April, Juli, Agustus kan turunnya tinggi banget," katanya.
Baca Juga
Adapun, HBA pada April 2021 kembali menguat ke level US$86,68 per ton, setelah sempat turun pada bulan sebelumnya.
Nilai HBA sejak 2021 cukup fluktuatif. Dibuka pada level US$75,84 per ton di Januari , HBA mengalami kenaikan pada Februari ke level US$87,79 per ton. Kemudian sempat turun di Maret ke US$84,47 per ton.