Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Buruh Minta THR Dibayar Penuh, Pengusaha Ingin Perundingan Bipartit

Masih ada sejumlah sektor yang saat ini masih mengalami kesulitan pendapatan, seperti sektor angkutan darat, tekstil, dan perhotelan.
Sejumlah pekerja pabrik rokok menghitung uang Tunjangan Hari Raya (THR) Lebaran saat pembagian di Kudus, Jawa Tengah, Selasa (21/5/2019)./ANTARA-Yusuf Nugroho
Sejumlah pekerja pabrik rokok menghitung uang Tunjangan Hari Raya (THR) Lebaran saat pembagian di Kudus, Jawa Tengah, Selasa (21/5/2019)./ANTARA-Yusuf Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA – Pengusaha ingin melakukan perundingan bipartit untuk menanggapi permintaan buruh yang mendesak perusahaan membayar tunjangan hari raya atau THR secara penuh menjelang Lebaran.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengatakan tak semua perusahaan memiliki kondisi keuangan yang cukup lantaran masih tertekan pandemi Covid-19.

“Tidak ada jalan lain selain kita kompromi. Mereka ([engusaha] mengupayakan pembicaraan bipartit,” ujar Haryadi, dikutip dari tempo.co, Senin (5/4/2021).

Menurut Haryadi, ada sejumlah sektor yang saat ini masih mengalami kesulitan pendapatan, seperti sektor angkutan darat, tekstil, dan perhotelan. Pengusaha-pengusaha hotel di Bali, misalnya, nyaris menutup usaha akibat rendahnya tingkat kunjungan selama setahun pandemi sehingga mereka tidak memiliki kemampuan untuk membayarkan THR.

Dengan kondisi arus kas yang tidak lancar, Haryadi menilai perusahaan tak mungkin dipaksa untuk membayar tunjangan secara penuh bagi para pekerja. “Yang paling penting karyawan tidak di-PHK. Saya rasa dalam kondisi ini bisa ada kesepakatan pengusaha dan karyawan asal transparan,” tutur Haryadi.

Meski telah memperoleh stimulus dari pemerintah, ia mengungkap tak semua bantuan berdampak bagi perusahaan. Kendati begitu, Haryadi memastikan perusahaan-perusahaan yang telah mengalami pemulihan atau justru memiliki kondisi keuangan yang baik di masa pandemi akan membayarkan tunjangannya kepada pekerja secara langsung atau 100 persen.

“Jadi tidak bisa dipukul rata semuanya. Yang akan terjadi, perusahaan yang tidak mampu akan bicara dengan karyawan untuk dapat kesepakatan itu,” ujar Haryadi.

Haryadi pun menyebut hampir seluruh perusahaan telah memenuhi kewajiban pembayaran THR tahun lalu. Bila ada pengusaha yang belum membayarkan THR bagi karyawan, ia memastikan jumlahnya hanya sedikit.

Rencananya, sebanyak 10.000 buruh dari seribu perusahaan akan menggelar aksi pada 12 April mendatang. Salah satu tuntutan buruh adalah meminta perusahaan membayar tunjangan hari raya atau THR tanpa dicicil.

Demo akan dihelat serentak di 20 provinsi. Selain di pabrik, aksi ini bakal berlangsung di kantor gubernur, kantor wali kota, dan kantor bupati di masing-masing daerah. Selain 10.000 buruh turun ke lapangan, ratusan ribu pekerja disebut-sebut bakal mengikuti aksi secara virtual melalui Live Facebook KSPI.

Aksi buruh ini menanggapi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Airlangga telah meminta perusahaan membayar THR pekerjanya secara penuh menjelang Hari Raya Lebaran.

“Tahun lalu THR dicicil, saya minta tahun ini dibayar secara penuh. Kita harus komitmen,” kata Airlangga. Pembayaran penuh perlu dilakukan karena pemerintah sudah memberikan dukungan dalam berbagai bentuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper