Bisnis.com, JAKARTA - Dalam rangka percepatan pelaksanaan program pengembangan kawasan hortikultura berorientasi ekspor, pemerintah melakukan inisiasi dan kerja sama kemitraan dengan Pemerintah Daerah.
“Inisiasi dan kerja sama kemitraan ini dilakukan sebagai langkah untuk meningkatkan pemerataan ekonomi di daerah dan meningkatkan ketersediaan sumber pangan yang berkualitas,” kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso pada sambutan kegiatan penanaman perdana pengembangan komoditas hortikultura di Ponorogo melalui keterangan pers, (3/4/2021).
Program ini, lanjut Susiwijono, akan menjadi role model manajemen agribisnis yang lebih baik melalui kemitraan dengan pelaku usaha yang sudah memiliki kompetensi untuk ekspor.
BPS mencatat sektor pertanian memiliki kontribusi sebesar 13,70 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional atau terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan (19,88 persen).
Pada Januari-Februari 2021, ekspor sektor pertanian sebesar US$0,65 miliar, naik 10,17 persen terhadap periode yang sama tahun lalu (US$0,59 miliar).
“Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia serta terbukti tangguh dan resilien di masa pandemi Covid-19,” jelasnya.
Baca Juga
Susiwijono menuturkan bahwa selama masa pandemi Covid-19 pada 2020, nilai realisasi ekspor buah-buahan segar dan olahan US$389,9 juta. Lebih detail, ekspor buah-buahan segar sebesar US$96,3 juta, meningkat sebesar 30,31 persen dibanding tahun sebelumnya.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa produk buah-buahan Indonesia diminati oleh pasar global. Dengan begitu, perlu dikembangkan untuk meningkatkan daya saing produk serta meningkatkan kontribusi ekspor buah-buahan terhadap devisa negara.
Dari total ekspor buah-buahan segar dan olahan di tahun 2020 tersebut, ekspor produk olahan nanas memberikan kontribusi terbesar dibanding buah segar dan olahan lainnya, yaitu 70,30 persen. Sedangkan untuk ekspor buah-bahan segar, ekspor pisang memberikan kontribusi sebesar 6 persen terhadap total ekspor buah-buahan segar.
“Terdapat 5 negara tujuan utama ekspor utama produk buah-buahan Indonesia, yaitu RRC, Hongkong, Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Pakistan,” ujarnya.
Namun, dalam pengembangan hortikultura di Indonesia, terang Susiwijono, masih terdapat masalah dan tantangan seperti lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan kelembagaan petani, terbatasnya modal, kurangnya pendampingan dan inovasi teknologi, serta rendahnya daya saing dan kurangnya akses pasar.
Oleh karena itu, kerja sama kemitraan dengan petani perlu didorong agar petani dapat terbantu dalam merancang pola produksi hingga pemasaran sehingga petani menjadi mandiri dan tangguh.
Sebagai program prioritas, Kemenko Perekonomian akan mengkoordinasikan melalui integrasi kebijakan pertanian, yaitu penyediaan lahan melalui optimalisasi kebijakan pemanfaatan lahan perhutanan sosial, peningkatan produksi, mutu dan daya saing produk, dan peningkatan akses pembiayaan petani melalui kredit usaha rakyat (KUR).
Selain itu, dilakukan juga peningkatan akses pasar melalui e-commerce, dukungan logistik, pembangunan sarana prasarana/infrastruktur transportasi, serta dukungan kebijakan tarif dan perdagangan internasional juga menjadi prioritas yang dilakukan Kemenko Perekonomian.