Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan di Amerika Utara Menggeliat, RI Sulit Rebut Peluang Ekspor

Ekspor Indonesia masih terbatas pada produk manufaktur tradisional seperti tekstil dan alas kaki.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Peluang Indonesia menggenjot ekspor dengan memanfaatkan kenaikan permintaan di sejumlah wilayah dinilai bakal menghadapi tantangan.

Jika dibandingkan dengan beberapa negara Asia lainnya, penetrasi ekspor RI masih terbatas.

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan volume perdagangan dunia akan terkerek 8 persen pada 2021 setelah sempat terkoreksi 5,3 persen pada 2020.

Pertumbuhan impor akan dimotori oleh permintaan dari Amerika Utara dengan kenaikan 11,4 persen sebagai imbas dari injeksi fiskal di Amerika Serikat. Kenaikan impor di Eropa dan Amerika Selatan menyusul sebagai kontributor terbesar selanjutnya dengan kenaikan masing-masing diprediksi mencapai 8 persen.

Kenaikan permintaan ini bakal diimbangi dengan kemampuan sejumlah kawasan memasok barang. Asia diprediksi menikmati kenaikan ekspor dengan volume 8,4 persen. Sementara Eropa menyusul di angka hampir 8,3 persen.

Namun Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal berpendapat potensi naiknya permintaan di Amerika Utara berpeluang tak dinikmati maksimal oleh Indonesia.

Dia mencatat kontribusi produk Indonesia terhadap total impor Amerika Serikat masih terbilang kecil dibandingkan dengan beberapa negara Asia lain seperti China, Vietnam, dan Malaysia.

“Meski ekspor kita memperlihatkan tren perbaikan, ke Amerika Serikat justru belum terlihat. Asia berpeluang mengambil kesempatan menaikkan ekspor, tetapi tidak bagi Indonesia yang pangsanya jauh lebih kecil. Ada negara lain yang pasarnya jauh lebih besar,” kata Faisal saat dihubungi, Jumat (2/4/2021).

Berdasarkan data Biro Sensus Amerika Serikat, China menempati peringkat pertama sebagai pemasok barang impor terbesar ke negeri Paman Sam dengan nilai US$435,4 miliar pada 2020. China memiliki pangsa pasar sebesar 18,6 persen dari total impor AS yang mencapai US$2.336 miliar pada 2020.

Negara Asia lain dengan porsi besar lainnya adalah Jepang senilai US$119,5 miliar, Vietnam senilai US$79,6 miliar, dan Malaysia sebesar US$44,2 miliar. Sementara ekspor Indonesia ke AS hanya sebesar US$18,62 miliar pada 2020.

Faisal juga mencatat bahwa ekspor Indonesia masih terbatas pada produk manufaktur tradisional seperti tekstil dan alas kaki. Ekspor ke Amerika Utara, khususnya Amerika Serikat, juga didominasi produk perikanan.

Sementara untuk produk manufaktur dengan pertumbuhan ekspor yang solid seperti minyak sawit dan produk besi dan baja justru belum menunjukkan kenaikan ke kawasan tersebut.

“Pertanyaannya ke negara mana dan sektor apa saja yang ekspornya bagus, saya lihat masih didominasi komoditas dan nonmanufaktur. Manufaktur ada, tetapi saya rasa lebih banyak kontribusinya besi dan baja dan tujuannya pun ke China,” lanjut dia.

Faisal juga menambahkan capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang mencetak rekor satu dekade pada Maret di level 53,2 lebih banyak didorong oleh permintaan domestik.

Dia menganalisis aktivitas di dalam negeri masih menjadi katalis utama ekspansi pelaku usaha karena pasar global masih menghadapi sejumlah kendala meskipun ekspor RI menunjukkan tren kenaikan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper