Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah Indonesia masih membuka peluang kerja sama dengan perusahaan global lainnya untuk bermitra dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam pengembangan industri baterai kendaraan listrik.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa saat ini IBC telah bermitra dengan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dari China dan LG Chem Ltd dari Korea Selatan dalam pengembangan proyek baterai kendaraan listrik secara terintegrasi dari hulu hingga hilir senilai hingga US$17 miliar.
Selain dua partner global tersebut, pemerintah Indonesia juga mengincar potensi kerja sama dengan partner global lainnya.
"Pertengahan April, Menko Luhut, saya, dan Mendag mau ke Amerika. Salah satunya, mau lihat potensi kerja sama dengan pihak yang ada di Amerika Serikat. Kami juga rencana datangi Jepang untuk bicara hal yang sama," ujar Erick dalam konferensi pers, Jumat (26/3/2021).
Sementara itu, dia menuturkan bahwa CATL akan berinvestasi sekitar US$5 miliar lebih dan LG Chem akan berinvestasi senilai US$13-US$17 miliar pada proyek baterai ini.
IBC dan mitra global nantinya akan membentuk joint venture (JV) untuk rantai pasok industri baterai dari hulu ke hilir, yakni mulai dari tambang bijih nikel, proyek smelter HPAL Ni dan Co Sulphate, pabrik precusor/cathode; pabrik battery cell dan packs, energy storage system, hingga recycling.
Di sektor hulu, IBC akan memiliki saham mayoritas di atas 51 persen. Sementara itu pada sisi hilir, kepemilikan saham holding akan minoritas pada kisaran angka 25-40 persen.
"Di hulu kita mayoritas, di turunannya kita minoritas ,tapi transfer teknologi kita diberi kesempatan. Khusus untuk baterai motor dan baterai stabilisator kita jadi leading. Untuk mobil memang karena kemampuan partner global player, kita mungkin di posisi lebih mengalah," kata Erick.
Adapun, IBC terdiri atas Mining and Industry Indonesia (MIND ID), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk., dengan masing-masing porsi kepemilikan saham sama besar.