Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Diminta Alokasi Ulang Jatah Negara Anggota ke Aset Cadangan

IMF akan lebih dulu mengembangkan langkah-langkah baru untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, serta mengeksplorasi opsi bagi anggota dengan posisi keuangan yang kuat untuk mengalokasikan kembali cadangan yang dikenal sebagai special drawing rights ini.
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) tengah dalam pembicaraan untuk membentuk cadangan aset senilai US$650 miliar dalam rangka membantu negara berkembang dan miskin melewati pandemi.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan stafnya akan lebih dulu mengembangkan langkah-langkah baru untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, serta mengeksplorasi opsi bagi anggota dengan posisi keuangan yang kuat untuk mengalokasikan kembali cadangan yang dikenal sebagai hak penarikan khusus (special drawing rights/SDR).

Sara Harcourt, Direktur Senior Kebijakan di One Campaign mendorong lembaga tersebut menyusun ulang alokasi SDR agar lebih berkeadilan dan menyentuh negara yang paling membutuhkan.

Alokasi baru SDR dibagi antar negara berdasarkan ukuran kuota IMF mereka, yang pada dasarnya didasarkan pada ukuran ekonomi negara. Artinya, negara-negara kaya akan mendapatkan mayoritas SDR, sedangkan negara-negara miskin hanya mendapat porsi kecil.

Dia menjelaskan, dalam kasus alokasi baru sebesar US$650 miliar, G20 akan mendapatkan 68 persen atau sekitar US$443 miliar, sementara negara-negara Afrika hanya akan mendapatkan sekitar 5 persen atau US$33 miliar.

"Meskipun US$33 miliar ini akan menjadi dorongan yang bermanfaat bagi negara-negara Afrika, itu kurang dari 10 persen dari kesenjangan pembiayaan sebesar US$345 miliar yang mereka hadapi antara 2020 dan 2023," kata Harcourt dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/3/2021).

Dia juga mengatakan negara-negara kaya sebenarnya tidak membutuhkan SDR tambahan, karena mereka memiliki akses ke lebih banyak alat moneter dan uang cadangan. Itu sebabnya diperlukan alokasi ulang.

Setelah disetujui, One Campaign, organisasi nirlaba yang berbasis di Washington itu, ingin negara-negara menyetujui mekanisme realokasi dan target untuk proporsi SDR baru yang akan digelontorkan sesuai dengan kebutuhan keuangan negara berkembang.

Harcourt mengatakan dorongan ini sesuai dengan seruan IMF bahwa pemulihan global yang tidak tuntas akan membahayakan seluruh sistem keuangan dunia.

"Jika semua negara tidak memiliki akses ke likuiditas yang diperlukan untuk membeli vaksin dan pasokan medis serta mengatasi dampak ekonomi dari pandemi, ini akan mempengaruhi semua negara melalui pandemi global yang berkepanjangan dan gangguan perjalanan, rantai pasokan, dan perdagangan global," ujarnya.

Diketahui, SDR adalah jenis aset cadangan yang dikeluarkan oleh IMF ke semua negara untuk menambah cadangan resmi negara. SDR bukanlah uang tunai, tetapi dapat diperdagangkan dengan mata uang keras seperti dolar, poundsterling, atau euro.

Dana cadangan ini juga merupakan alat yang berguna untuk menutupi kesenjangan fiskal, memenuhi kewajiban utang luar negeri, atau mengatasi kekurangan valuta asing.

Misalnya, jika Liberia menghadapi kekurangan mata uang asing, bank sentralnya dapat secara sukarela menjual sebagian dari SDR-nya kepada mitranya di Inggris dengan imbalan poundsterling untuk menopang cadangannya atau untuk membayar barang-barang impor, seperti persediaan medis.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper