Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menperin: Industri Batik Mampu Beradaptasi di Tengah Pandemi

Sektor ini bahkan dinilai mampu mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN) khususnya di sektor industri kecil menengah (IKM).
Pekerja menyelesaikan produksi celana di salah satu industri tekstil, Kopo, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/1/2021). -ANTARA
Pekerja menyelesaikan produksi celana di salah satu industri tekstil, Kopo, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/1/2021). -ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian menilai industri kerajinan dan batik merupakan salah satu sektor yang mampu beradaptasi dan berinovasi di tengah pandemi Covid-19 sehingga dapat bertahan.

Sektor ini bahkan dinilai mampu mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN) khususnya di sektor industri kecil menengah (IKM).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pihaknya mendorong para pelaku IKM batik di tanah air agar terus dapat membuat produk sesuai preferensi pasar dan cepat melakukan diversifikasi produk. Tujuannya guna memacu keberlangsungan usaha mereka di tengah dampak pandemi.

“Industri kerajinan dan batik yang merupakan bagian dari industri kreatif dan didominasi oleh sektor IKM, mendapat prioritas pengembangan oleh Kementerian Perindustrian, karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya melalui siaran pers, Rabu (24/3/2021).

Agus mengemukakan di tengah masa sulit seperti saat ini, industri kerajinan dan batik di dalam negeri juga terus berupaya memunculkan kreativitas dan inovasi dalam rangka meningkatkan kinerja usahanya.

Menurutnya, tumbuhnya kinerja sektor industri tersebut karena tetap menjaga kualitas produknya dan peningkatan volume produksi.

Pada tahun lalu kinerja ekspor industri pakaian jadi mencapai US$7,04 miliar. Industri fesyen yang juga sangat erat hubungannya dengan sektor industri tekstil pun berhasil memberikan kontribusi sebesar 6,76 persen pada PDB industri pengolahan nonmigas 2020 lalu.

Sementara itu, industri tekstil saat ini tengah berhadapan dengan kenaikan harga bahan baku harga bahan baku seperti serat dan filamen. Hal ini seiring naiknya harga minyak.

"Share bahan baku di struktur biaya polyester sekitar 60 persen, jadinya harga jual kami naik 20-25 persen. Dan harga ke kain jadi naik 15-20 persen kalau dari itungan bahan baku. Tapi transportasi dan chemical yang oil base juga naik, jadi efeknya ke harga kain totalnya bisa baik sekitar 25-30 persen," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta saat dikonfirmasi Bisnis Selasa (16/3/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper