Bisnis.com, JAKARTA – Keberhasilan AirAsia Indonesia untuk mencapai target 600.000 penumpang lewat paket bundling tiket bersama dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) akan bergantung kepada kebijakan persyaratan penerbangan yang diluncurkan oleh pemerintah dalam waktu dekat ini.
Pemerhati penerbangan Alvin Lie menilai selama ini pangsa pasar maskapai dengan kode QZ tersebut secara spesifik memang merupakan pasar pariwisata dan bukannya untuk bisnis.
Tidak mengherankan, kata dia, pengembangan rute-rute yang dibuka oleh AirAsia Indonesia adalah menuju daerah wisata.
Selain itu, Alvin juga berpendapat wajar saja apabila maskapai dengan bertarif hemat tersebut mengoptimalkan pasar yang ada lewat kerja sama dengan PHRI untuk memberikan nilai yang lebih atraktif bagi keduanya.
“Tapi apakah efektif sangat bergantung kepada kebijakan pemerintah apakah mempermudah perjalanan atau masih dengan persyaratan yang ketat. Masyarakat sebagian khawatir berwisata justru sebelum dan setelah penerbangan. Masyarakat untuk makan di restoran masih bawa tumbler sendiri, sendok garpu sendiri. Hal – hal ini yang perlu menjadi perhatian,” ujarnya, Senin (22/3/2021).
AirAsia Indonesia berupaya menggaet pangsa pasar baru hingga 600.000 penumpang lewat kolaborasi bersama dengan PHRI. AirAsia dan PHRI membuat paket kerjasama menuju destinasi prioritas seperti Danau Toba melalui Medan atau mengunjungi Mandalika di Lombok dengan lebih hemat.
Tarifnya dimulai dari Rp699.000. Harga yang ditawarkan sudah termasuk tiket penerbangan pulang pergi (pp) dari Jakarta dan menginap di hotel selama 3 hari 2 malam.
Kerjasama ini bisa didapatkan melalui aplikasi super airasia mulai 19 hingga 21 Maret 2021 untuk periode keberangkatan 28 Maret hingga 30 Juni 2021
Direktur Utama AirAsia Indonesia Veranita Yosephine Sinaga menuturkan industri penerbangan dan perhotelan ibarat botol dan tutup air. Meski tak selalu, katanya, rendahnya jumlah penumpang yang diangkut maskapai berimbas kepada turunnya tingkat okupansi hotel.
Selain itu kedua sektor yang sangat terdampak oleh pandemi covid-19 ini harus bisa bersama-sama saling mendukung upaya pemulihan yang berlangsung.
Vera juga berpendapat penjualan tiket pesawat menjadi lebih atraktif bagi penumpang apabila dikemas menjadi satu paket dengan hotel. Minat berwisata sehat harus dijamin dengan protokol kesehatan selama penerbangan hingga di destinasi.
Perseroan menangkap adanya sinyal pertumbuhan positif dari sektor penumpang pada kuartal III/2021 hingga kuartal IV/2021. Veranita mulai menaruh harapan besar pada April ini dengan adanya prosedur tes kesehatan yang lebih murah dan mudah, yakni GeNose.
Selain itu tu, dia juga menilai sejauh ini program vaksinasi berjalan progresif.
Vera menghadapi tahun ini optimistis dengan proyeksi lebih dari 30 juta masyarakat yang divaksin sebelum Juni 2021 dan lebih banyak lagi yang divaksin setelah Juni.
Belum lagi, imbuhnya, apabila negara tetangga Indonesia, Malaysia dan Singapura juga melakukan hal sama, bisa menciptakan peluang kerjasama koridor perjalanan.
“Kami bisa melihat pemulihan dari sektor perjalanan ini positif, belum pada kuartal I/202I tapi mungkin pada kuartal III/2021 atau kuartal IV/2021. Kalau dari sisi frekuensi jumlah penumpang mencapai 2019 harapannya itu pada 2022. Dengan itu AirAsia akan berkembang baik pada 2021 tapi kalau kembali pada 2019 insya allah berharap pada 2022,” imbuhnya.
.