Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil Panen Gabah di Luar Kriteria Bikin Bulog Sulit untuk Menyerap

Data yang dihimpun KRKP menunjukkan bahwa rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan di berbagai daerah telah berada di bawah HPP yang dipatok Rp4.250 per kilogram.
Ilustras - Seorang pegawai Perum Bulog Wilayah Sumatra Barat memperlihatkan stok beras yang tersedia di Gudang Ampalu Bypass Padang, yang diklaim cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga momen Ramadhan 2021 nanti, Senin (1/3/2021)./Bisnis-Noli Hendra
Ilustras - Seorang pegawai Perum Bulog Wilayah Sumatra Barat memperlihatkan stok beras yang tersedia di Gudang Ampalu Bypass Padang, yang diklaim cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga momen Ramadhan 2021 nanti, Senin (1/3/2021)./Bisnis-Noli Hendra

Bisnis.com, JAKARTA — Kadar air yang tinggi pada gabah dan beras pada panen kali ini dinilai membuat Perum Bulog sulit melakukan pengadaan untuk cadangan beras pemerintah (CBP). Perum Bulog pun belum mempunyai mekanisme yang mengakomodasi penyerapan di bawah harga dalam regulasi pemerintah.

Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah menyebutkan kadar air gabah kering panen (GKP) di tingkat penggilingan di banyak daerah telah mencapai 20 sampai 30 persen pada Maret. Tingginya kadar air disebabkan oleh curah hujan tinggi di berbagai sentra produksi.

“Dengan kondisi sekarang memang akan sulit bagi Perum Bulog untuk menyerap gabah atau beras sesuai kriteria. Misalnya, di Indramayu berasnya, bahkan tidak laku meski harga sudah di bawah HPP [harga pembelian pemerintah]. Akan menyalahi aturan jika beras untuk CBP tidak sesuai,” kata Said saat dihubungi Bisnis, Jumat (19/3/2021).

Data yang dihimpun KRKP menunjukkan bahwa rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan di berbagai daerah telah berada di bawah HPP yang dipatok Rp4.250 per kilogram. Sebagai contoh, harga GKP di Tuban telah menyentuh Rp3.500 sampai Rp4.000 per kg dan di Jombang GKP berkisar di Rp3.800 sampai Rp4.100 per kg. 

Said mengatakan bahwa harga gabah yang berada di bawah HPP sejatinya bisa menjadi momentum bagi Perum Bulog untuk mengoptimalisasi penyerapan. Hanya saja, tuturnya, memang diperlukan ada perubahan aturan atau kebijakan pengecualian bagi Perum Bulog di saat panen.

“Perlu ada political will untuk mencapai hal ini. Misalnya, Bulog diberi pengecualian dengan mempertimbangkan kondisi stok dan sulit membeli dengan kriteria yang ditentukan,” lanjutnya.

Dia juga mengutarakan bahwa anjloknya harga gabah sejatinya bisa dihindari jika Perum Bulog dengan dukungan pemerintah, bisa mulai menyerap dalam bentuk gabah alih-alih beras. Dia mencatat bahwa selama ini Bulog lebih banyak menyerap dari pemasok dalam bentuk beras.

“Bulog kan memiliki banyak mitra, sekalipun membeli dalam bentuk gabah yang kadar airnya tinggi, mereka tetap bisa bekerja sama dengan mitranya untuk proses pengeringan,” kata dia.

Selain menguntungkan petani, penyerapan dalam bentuk gabah disebut Said bisa memberi keuntungan bagi pemerintah karena kualitasnya bisa lebih terjaga. Menurutnya, daya simpan beras cenderung lebih pendek dibandingkan dengan gabah.

“Jika bisa terlaksana, maka tidak ada alasan stok akan riskan dan wacana impor tidak perlu mengemuka. Untuk sekarang impor bak menggarami laut karena kita sedang panen,” ujar Said.

Di tempat terpisah, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta agar Perum Bulog menyerap gabah petani secara maksimal untuk menjaga harga. Kementan juga menyiapkan Tim Terpadu Gerakan Serap Gabah Petani demi mengoptimalisasi kualitas produksi.

Berdasarkan laporan di lapangan, ujarnya, tim sudah mulai bekerja. Contohnya di Sragen, Jawa Tengah dengan menyerap gabah petani sebanyak 17.580 ton dan di Banten sebanyak 53.000 ton.

“Langkah serap gabah ini akan dilakukan di seluruh wilayah Indonesia sehingga penurunan harga akibat panen raya bisa diantisipasi dan dapat memenuhi cadangan beras pemerintah. Semoga dengan langkah ini harga gabah tidak anjlok lagi, dan petani bisa sejahtera. Itulah harapan kita semua,” kata Syahrul.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper