Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pejuang Rupiah! Data Ekspor-Impor Belum Angkat Nilai Tukar

Kebijakan Bank Sentral AS pada pekan ini menjadi kunci arah rupiah ke depan.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistika (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia Februari 2021 surplus sebesar US$2,01 miliar. Akan tetapi pengumuman ini belum berhasil mengangkat mata uang Garuda dari zona merah. 

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih mengalami tekanan. Bloomberg mencatat hingga pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen menjadi Rp14.405 per dolar AS. Tingginya imbal hasil (yield) US Treasury dinilai menjadi penyebab utama.  

Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana mengatakan perbaikan ekonomi di AS, ditambah stimulus fiskal raksasa baru berbentuk bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$1,9 triliun menjadi penyebab utama. Respon bank sentral AS di pertemuan pekan ini akan menentukan naik atau turunnya yield.

“Maka itu, tugas kami adalah untuk menahan policy rate di bulan ini,” jelas Wisnu kepada Bisnis.com, Senin (15/3/2021).

Wisnu mengatakan Indonesia masih memiliki menambah pundi-pundi seiring optimisme negara mitra. Selain kenaikan harga-harga komoditas, Tiongkok, mitra utama Indonesia, telah mengumumkan target PDB tumbuh di atas 6 persen. Sementara itu, AS turut menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang menjanjikan.

Adapun, BPS mencatat nilai ekspor pada Februari 2021 sebesar US$15,27 miliar, atau naik 8,56 persen dibanding Februari 2020. Ekspor didominasi oleh industri pengolahan yang tumbuh sebesar 1,38 persen (month-to-month/mtm) yang didorong oleh besi baja, kendaraan bermotor, logam dasar mulai, dan kimia dasar organik dari hasil pertanian. Peningkatan eskpor (year-on-year/yoy) naik 9 persen didorong besi baja, kimia dasar organik, dan peralatan listrik.

Untuk impor sepanjang Februari 2021 mencapai US$13,26 miliar, atau naik 14,86 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Impor didominasi oleh barang modal yang tumbuh 9,08 persen (mtm). Impor bahan baku tercatat turun 0,50 persen (mtm) menjadi US$9,89 miliar, namun realisasi ini tumbuh 11,53 persen secara tahunan (yoy).

Meski begitu, menurutnya pertumbuhan permintaan domestik masih lambat. “Impor akan sepertinya akan mengalami perubahan yang signifikan di semester II/2021, yang menyebabkan pelebaran current account deficit (CAD) hingga minus 1 persen dari PDB tahun ini,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper