Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sojitz Siap Investasi Rp71,9 Triliun, Ini Alasan Industri Methanol Perlu Digenjot

Bisnis Sojitz Corporation di Indonesia meliputi perusahaan Kaltim Methanol Industri (KMI) di Bontang, Kalimantan Timur, yang merupakan satu-satunya produsen methanol di Indonesia.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. /Kemenperin
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. /Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan industri kimia Jepang Sojitz Corporation membuka peluang untuk menanamkan modal senilai US$5 miliar atau setara dengan Rp71,9 triliun untuk pengembangan industri methanol di Indonesia.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan perusahaan tersebut menyatakan ketertarikan mengembangkan industri methanol di Kawasan Industri Teluk Bintuni.

Menurut Agus, pengembangan industri methanol di Indonesia perlu digenjot mengingat kebutuhan yang semakin meningkat. "Industri methanol memegang peranan yang sangat penting bagi pengembangan industri di hilirnya," ujar Menperin dalam keterangan resmi, Sabtu (13/3/2021).

Sebagai informasi, bisnis Sojitz Corporation di Indonesia meliputi perusahaan Kaltim Methanol Industri (KMI) di Bontang, Kalimantan Timur, yang merupakan satu-satunya produsen methanol di Indonesia. Perusahaan tersebut berkapasitas produksi 660.000 ton per tahun.

Dengan kebutuhan methanol di dalam negeri yang mencapai sekitar dua juta ton, kata Agus, maka pembangunan pabrik methanol baru sangat dibutuhkan.

Adapun, sejumlah bahan baku methanol yang dinilai sangat dibutuhkan, antara lain dalam industri tekstil, plastik, resin sintetis, farmasi, insektisida, plywood. Methanol juga sangat berperan sebagai antifreeze dan inhibitor dalam kegiatan migas.

Selain itu, methanol merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan biodiesel. Sebagaimana diketahui, jelasnya, permintaan terhadap methanol juga meningkat seiring dengan penerapan B30 pada 2020.

Agus juga menyampaikan kepada Presiden dan CEO Sojitz Corporation Fujimoto Masayoshi bahwa proyek Bintuni masuk sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), sehingga akan memperoleh kemudahan serta berbagai insentif dari Pemerintah.

“Proyek petrokimia di Teluk Bintuni akan menjadi yang terbesar dengan luas sekitar 2.000 Hektare. Kami akan membahasnya lebih lanjut pada kunjungan selanjutnya pada Mei mendatang,” sambungnya.

KI Bintuni dikembangkan secara multiyears dengan menggunakan KPBU (Kerja sama Pemerintah Badan Usaha). Pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut ditargetkan terlaksana pada tahun ini dan dilanjutkan dengan pembangunan pabrik-pabrik pada 2022, sehingga tenant bisa mulai berproduksi pada 2024.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper