Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kargo Udara Jadi Titik Terang Industri Penerbangan Tahun Ini

Meningkatkan permintaan jet kargo khusus untuk menangani lonjakan aktivitas yang didorong belanja online, distribusi vaksin, dan rantai pasokan tepat waktu.
Ilustrasi - Aktivitas di sebuah pesawat kargo logistik./Bisnis-Istimewa
Ilustrasi - Aktivitas di sebuah pesawat kargo logistik./Bisnis-Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Setahun setelah dimulainya pandemi Covid-19 yang menghancurkan permintaan perjalanan udara, kargo udara tetap menjadi satu-satunya titik terang.

Menurunnya penumpang pesawat justru meningkatkan permintaan jet kargo khusus untuk menangani lonjakan aktivitas yang didorong belanja online, distribusi vaksin, dan rantai pasokan tepat waktu.

Menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), sebelum pandemi, 60 persen dari seluruh kapasitas kargo udara internasional berada di perut pesawat penumpang. Tahun lalu, kapasitas itu menyusut hampir seperempat. 

Berdasarkan laporan oleh Sanford C. Bernstein, penyusutan itu berarti naiknya tarif ke tingkat paling tinggi sepanjang masa.

Dilansir Bloomberg, Rabu (24/2/2021), tidak jelas apakah lonjakan permintaan untuk kargo khusus akan bertahan saat kapasitas di badan pesawat penumpang kembali ke kondisi semula. 

Namun, Bernstein memprediksi permintaan tetap kuat karena maskapai penerbangan secara bertahap memulihkan layanan sambil berjuang untuk memperbaiki neraca.

Memasuki 2021, kondisi ekonomi meningkat, komponen pesanan ekspor baru dari Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur berada dalam wilayah pertumbuhan di pasar maju dan berkembang. Produksi industri global juga telah pulih.

"Kargo udara bertahan dari krisis dalam kondisi yang lebih baik daripada sisi penumpang bisnis. Bagi banyak maskapai penerbangan, tahun 2020 melihat kargo udara menjadi sumber pendapatan yang vital, meski permintaan melemah," kata Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal dan CEO IATA.

Operator bahkan terpaksa mengubah sementara beberapa jet penumpang menjadi kargo, menarik kursi untuk membawa barang di dalam kompartemen utama mereka. 

Analis Citi menulis dalam sebuah laporan bahwa strategi ini menguntungkan pada rute dengan tarif kargo yang dihargai di atas US$4 per kilogram.

Adapun, biaya pengiriman dari Hong Kong ke Amerika Serikat sekitar US$6,10 per kilogram pada Desember 2020 dan US$5,30 per kilogram dari Shanghai ke Jerman.

Sementara itu, Israel Aerospace Industries Ltd. mengatakan armada perusahaan berfungsi dengan baik dan sepenuhnya dipesan hingga 2022 dengan mengalihkan pesawat penumpang untuk kargo.

Cargo Facts Consulting yang berbasis di Luksemburg memperkirakan sekitar 90 pesawat akan dikonversi menjadi kargo pada 2021 dan 2022. 

United Parcel Service Inc. juga memprediksi 2021 akan menjadi tahun yang kuat setelah membukukan rekor penjualan tahun lalu.

Adapun, Amazon.com Inc. dengan cepat memperluas armada pesawatnya dan baru-baru ini mengumumkan akan membeli 11 jet Boeing 767-300 bekas. Itu merupakan pembelian pertama kalinya bagi raksasa ritel online itu dan bukan menyewa.

Namun demikian, de Juniac tetap memperingatkan bahwa 2021 masih akan menjadi tahun yang sulit, baik bagi industri transportasi udara maupun kargo.

Sebelumnya, data IATA menunjukkan bahwa permintaan kargo udara turun 10,6 persen pada 2020 dibandingkan dengan 2019. 

Ini merupakan penurunan terbesar dalam permintaan year-on-year sejak IATA mulai memantau kargo kinerja pada 1990, melampaui penurunan 6 persen dalam perdagangan barang global.

Permintaan global tahun lalu diukur dalam kargo ton-kilometer (CTK) berada di angka 10,6 persen di bawah level 2019 atau -11,8 persen untuk operasi internasional.

Sedangkan kapasitas global yang diukur dalam kargo ton-kilometer yang tersedia (ACTK), menyusut sebesar 23,3 persen atau -24,1 persen untuk operasi internasional.

Karena kurangnya kapasitas yang tersedia, faktor muat kargo udara naik 7,7 persen pada 2020. Hal ini berkontribusi pada peningkatan hasil dan pendapatan, memberikan dukungan kepada maskapai penerbangan dan beberapa layanan penumpang jarak jauh dalam menghadapi penurunan pendapatan penumpang.

De Juniac mengatakan dengan sebagian besar armada penumpang dilarang terbang, memenuhi permintaan tanpa kapasitas di perut pesawat terus menjadi tantangan yang sangat besar.

Ketika negara-negara memperkuat pembatasan perjalanan dalam menghadapi varian virus Corona baru, lanjutnya, sulit untuk melihat peningkatan dalam permintaan penumpang atau penurunan kapasitas.

"2021 akan menjadi tahun yang sulit lagi,"lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper