Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2021, BI Dianggap Optimistis

Perubahan ini masih dianggap cukup optimistis mengingat beratnya proses pemulihan tahun ini. Setidaknya untuk meningkatkan pertumbuhan di atas 4,3 persen dibutuhkan upaya ekstra.
Karyawan keluar dari gedung Bank Indonesia di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan
Karyawan keluar dari gedung Bank Indonesia di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dari antara 4,8 persen sampai 5,8 persen jadi 4,3 persen sampai 5,3 persen. Perubahan ini masih dianggap cukup optimistis mengingat beratnya proses pemulihan tahun ini.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan bahwa setidaknya untuk meningkatkan pertumbuhan di atas 4,3 persen dibutuhkan upaya ekstra.

“Seperti penanganan pandemi secara lebih maksimal termasuk memastikan distribusi vaksin tepat waktu, dan mendorong bauran kebijakan fiskal moneter melalui percepatan pemulihan daya beli masyarakat,” katanya saat dihubungi, Kamis (17/2/2021)

Bhima menjelaskan bahwa pola anggaran juga harus mengikuti lebih banyak pada pengadaan barang dan jasa di awal tahun. Polanya jangan seperti sebelum adanya Covid-19.

“Yaitu anggaran terserap maksimal di akhir tahun. Diproyeksikan pertumbuhan ekonomi skenario terbaiknya 2 persen pada tahun 2021,” jelasnya.

Sementara itu pemulihan ekonomi diyakini pemerintah sangat bergantung pada penanganan Covid-19. Akan tetapi kebijakan pemerintah tak satu jalan.

Contohnya, terang Bhima ide pemangkasan cuti bersama lebaran 2021 kontradiktif dengan diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk mendorong masyarakat beli mobil baru.

Harga mobil dibuat murah tapi pergerakan masyarakat dibatasi. Padahal, penjualan kendaraan roda empat biasanya naik jelang lebaran.

Tradisi masyarakat kelas menengah umumnya ingin silaturahmi di kampung halaman dengan mobil baru. Kepemilikan transportasi darat tersebut dianggap sebagai kesuksesan seseorang.

“Harusnya pemerintah fokus dulu pada pengendalian dan menahan diri untuk mengeluarkan insentif kepada masyarakat agar bepergian. Dikhawatirkan tanpa konsistensi kebijakan, hasilnya akan merugikan pemulihan ekonomi,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper