Bisnis.com, JAKARTA - Batam memiliki potensi ekonomi rumpat laut mencapai 5.000 ton per tahun. Akan tetapi, yang termanfaatkan hanya sekitar 20 persen. Padahal, permintaan ekspor komoditas ini sangat tinggi.
Sempat dipandang sebelah mata, rumput laut kini menjadi salah satu primadona di Batam, Kepulauan Riau. Sepanjang 2020, permintaan ekspor terhadap komoditas dari Batam ini tergolong tinggi.
Anak Agung Gde Eka Susila, Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Batam, mengatakan bahwa sepanjang 2020 telah dilakukan 27 kali pengiriman dengan volume 1.149,92 ton. Nilai ekspor rumput laut dari Batam selama 2020 mencapai US$294.202,52.
"Rumput laut kini menjadi komoditas yang menghasilkan di Batam sebagai daerah pulau," ujarnya seperti dikutip dari keterangan pers Kementerian Kelautan dan Perikanan, Rabu (17/2/2021).
SKIPM Batam juga memastikan bahwa dalam kurun waktu setahun tersebut tidak ada penolakan atas pengiriman rumput laut ke negara tujuan ekspor.
Menurutnya, sebanyak 920,9 ton rumput laut jenis dried sargassum seawed telah diekspor ke China. Nilainya mencapai US$179.827,75 yang terbagi dalam 17 kali pengiriman.
Baca Juga
Kemudian frekuensi ekspor jenis Spinosum mencapai 5 kali untuk pasar Vietnam. Jumlah yang diekspor sebanyak 129 ton dengan nilai sebesar US$92.791,12.
Selanjutnya jenis Sargassum cutting yang sudah 5 kali kirim ke Jepang sebanyak 100,02 ton dengan nilai US$21.583,65.
Dia berharap, tahun ini ekspor rumput laut dari Batam semakin meningkat. Terlebih komoditas ini sudah banyak membantu masyarakat nelayan yang selama ini hanya menggantungkan hidupnya dengan mencari ikan.
Saat ini, terdapat sekitar 150 kepala keluarga nelayan yang bisa menghasilkan rata-rata 180.000-200.000 per hari atau sekitar Rp6 jutaan per bulan dari hasil mengumpulkan rumput laut. "Tentu kami berharap tahun ini bisa meningkat, dan kami dari karantina, siap memberikan kemudahan pelayanan."
Edhy Prabowo, saat menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan, menyatakan rumput laut Batam sangat potensial dikembangkan menjadi komoditas budidaya. Potensinya mencapai 5.000 ton, namun yang termanfaatkan baru 20 persen.
“Batam, Kepulauan Riau, secara umum punya potensi luar biasa ini yang harus kita sadari bahwa di sinilah peluang untuk menghasilkan terbosan,” kata Edhy.
Sementara itu, PT Kencana Bumi Sukses tercatat sebagai pengolah dan pengekspor rumput laut kering ke China, Vietnam, dan Singapura. Dalam sebulan, perusahaan ini bisa menghasilkan 200 ton rumput laut kering. Sepanjang 2019, total ekspornya mencapai 1.371 ton dengan nilai Rp4,48 miliar.
Membandingkan data SKIPM dan Kencana Bumi, ekspor rumput laut Batam pada tahun pandemi 2020 sesungguhnya mengalami penurunan.