Bisnis.com, JAKARTA – Surplus neraca perdagangan yang kembali berlanjut pada pembuka 2021 dipandang pelaku usaha bukan sebagai sinyal positif dalam pemulihan ekonomi.
Kondisi kali ini terjadi akibat ekspor yang masih ditopang kinerja ekspor komoditas dan impor bahan baku dari industri yang masih tertahan.
“Kalau ekonomi sudah pulih, akan terlihat peningkatan impor di semua jenis barang impor, khususnya di impor bahan baku atau penolong dan barang modal. Kenyataannya impor di semua jenis kategori barang semuanya kontraksi,” kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani, Senin (15/2/2021).
Shinta mengatakan kinerja pada Januari 2021 yang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya merupakan sinyal industri nasional mengurangi kinerja dan terdapat potensi konsumsi domestik mengalami penurunan. Faktor pendukung kinerja kali ini pun disebutnya hanyalah hanyalah harga komoditas global yang masih meningkat.
“Dinamika impor akan terus sejalan dengan peningkatan proyeksi demand jangka pendek di pasar dalam negeri. Pelaku usaha nasional tidak memiliki alasan untuk menggenjot impor bila pasar domestik tidak memiliki appetite untuk konsumsi,” lanjutnya.
Dia memaparkan sejumlah faktor yang memicu belum pulihnya konsumsi domestik, di antaranya daya beli yang masih tertekan, momentum peningkatan konsumsi yang telah lewat, dan jeda jelang momentum selanjutnya yakni Ramadan dan Idulfitri yang cukup panjang.
Baca Juga
“Apalagi kondisinya kita kembali melakukan pengetatan PPKM sehingga confidence konsumsi masyarakat juga turun. Jadi, kami tidak melihat ada driver yang cukup signifikan dalam jangka pendek untuk meningkatkan impor,” kata Shinta.
Sementara untuk kinerja ekspor, ancaman penyebaran pandemi di negara destinasi disebut Shinta akan sangat memengaruhi produk Indonesia yang permintaanya banyak ditopang oleh indeks manufaktur.
Kekhawatiran akan kebijakan restriksi bisa mengganggu produktivitas industri global dan bukan tak mungkin menyebabkan penurunan permintaan produk Indonesia.
“Kalau sisi demand ini tidak kembali menguat, meskipun kita mampu menggenjot produktivitas ekspornya, ekspor belum tentu akan meningkat karena daya serap pasarnya lebih rendah kalau pandemi terus menekan PMI global dan proyeksi normalisasi ekonomi global,” kata Shinta.