Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi kuartal IV/2020 diperkirakan akan melanjutkan tren pertumbuhan negatif, dikarenakan konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih tertekan akibat pandemi Covid-19.
Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual memperkirakan ekonomi pada kuartal IV/2020 akan terkontraksi sebesar -2,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara itu, ekonomi untuk keseluruhan tahun 2020 diprediksi terkontraksi -2,2 persen.
David mengatakan, kontraksi pada kuartal keempat tahun lalu membaik jika dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal III/2020 yang tercatat sebesar -3,49 persen yoy.
Membaiknya kontraksi tersebut disebabkan oleh belanja pemerintah yang optimal dan kinerja ekspor yang membaik, tercermin dari surplus neraca perdagangan pada kuartal IV/2020 lalu.
“Namun demikian, sektor konsumsi [rumah tangga] masih lemah, yang membantu memang dari ekspor dan pengeluaran pemerintah,” katanya kepada Bisnis, Kamis (4/2/2021).
Menurut David, prospek perekonomian pada kuartal I/2021 masih berpotensi tumbuh negatif jika dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal I/2020 yang tercatat positif 2,97 persen yoy, jika mobilitas masyarakat belum mengalami peningkatan.
Baca Juga
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2020 akan terkontraksi pada kisaran -2,50 persen yoy. Berdasarkan kelompok pengeluaran, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan terkontraksi sebesar -2,6 persen.
“Meskipun konsumsi masih terkontraksi, namun tidak sedalam kontraksi pada kuartal II/2020. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan PSBB transisi di berbagai daerah di Indonesia yang mendorong peningkatan pada pergerakan masyarakat, meskipun situasinya belum kembali ke level normal,” katanya.
Di samping itu, pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi diperkirakan mengalami kontraksi di kisaran -4,6 persen yoy.
Sementara, konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh positif sekitar 12,9 persen yoy pada kuartal IV/2020, didorong oleh peningkatan realisasi belanja kementerian dan lembaga, serta penyerapan anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) pada periode tersebut.
Surplus neraca perdagangan yang meningkat pada kuartal IV/2020 juga mengindikasikan bahwa net ekspor pada komponen PDB diperkirakan cenderung meningkat dibandingkan net ekspor pada kuartal III/2020.
“Jadi, secara keseluruhan, PDB pada 2020 diperkirakan berada di kisaran -2 persen yoy dengan faktor yang mendominasi kontraksi adalah konsumsi rumah tangga dan investasi,” jelasnya.
Di sisi lain, dia memperkirakan ekonomi pada 2021 akan mengalami pertumbuhan positif di kisaran 3 hingga 4 persen. Untuk mendorong pemulihan ekonomi yang lebih cepat, menurutnya, pemerintah perlu fokus dalam penangangan isu kesehatan melalui optimalisasi program vaksinasi untuk mendorong terjadinya herd immunity.
Program PEN pemerintah juga diharapkan dapat mendorong proses pemulihan perekonomian, terutama dari sisi permintaan terutama konsumsi rumah tangga Investasi pun diperkirakan akan cenderung meningkat mengingat potensi pelaksanaan beberapa proyek infrastruktur pemerintah pada 2021 ini yang sempat ditunda dari tahun lalu.
"Selain itu pembentukan SWF dan UU Ciptaker juga diharapkan akan berdampak untuk mendorong penanaman modal baik domestik maupun luar negeri yang mendorong perbaikan iklim invetasi," tuturnya.