Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sempat Ada Cumulonimbus, BMKG Beberkan Cuaca saat Sriwijaya Air SJ182 Take Off

Namun, sejalan dengan meluruhnya awan CB, jarak pandang juga kembali meningkat pada saat itu.
Pesawat Sriwijaya Air. /Sriwijaya Air.
Pesawat Sriwijaya Air. /Sriwijaya Air.

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendapati adanya awan cumulonimbus (CB) sebelum dan saat pesawat Sriwijaya Air SJ182 lepas landas (take off) mulai meluruh seiring dengan berkurangnya intensitas hujan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan peringatan cuaca bandara disampaikan pada pukul 13.15. Peringatan dini menunjukkan terdapat awan CB dengan puncak 53.000 kaki dengan pergerakan ke arah barat. Namun, sejalan dengan meluruhnya awan CB, jarak pandang juga kembali meningkat pada saat itu.

"Perlu kami sampaikan bahwa kondisi cuaca sebelum dan saat pesawat [SJ182] take off terdapat awan CB [cumulonimbus] di atas Jakarta dan mulai meluruh seiring dengan berkurangnya intensitas dan meningkatnya jarak pandang," ujarnya, Rabu (3/2/2021).

Dwikorita juga menjelaskan kondisi cuaca saat Sriwijaya Air SJ182 lepas landas. Cuaca saat itu hujan disertai badai petir.

Dia menuturkan pada pukul 13.30-14.00 kondisi cuaca bandara pada saat pesawat take off adalah hujan dengan intensitas sedang disertai badai petir, kemudian hujan dengan intensitas sedang disertai kilat. Namun, setelah itu jarak pandangannya terlihat semakin membaik.

Lebih lanjut, Dwikorita juga menjelaskan terkait kondisi petir dari analisa Lightning Detector mulai dari pukul 14.31-15.00 WIB pada hari itu. Menurutnya, tidak ada sambaran petir yang terjadi di lintasan SJ182 saat itu.

"Data kami menunjukkan pada pukul 14.31 hingga 15.00 WIB tidak terdeteksi sambaran petir di area lintasan SJ182, sambaran petir terkonsentrasi di DKI bagian selatan, jadi bukan awan turbulence dan bukan sambaran petir," jelasnya.

Tak hanya itu, lanjutnya, berdasarkan analisa kondisi cuaca berdasarkan citra radar pada pukul 14.38 pesawat SJ-182 melintasi area kurang dari 25 dbz yang menandakan bukan area awan signifikan, bukan area hujan serta bukan area turbulensi yang terjadi dalam awan yang signifikan.

Sementara dari Radiosonde selama periode 7 Januari – 9 Januari 2021, potensi icing berada pada ketinggian 16.000 kaki – 27.000 kaki. Pada ketinggian sekitar 11.000 kaki tidak terdapat potensi icing.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper